TopCareer.id – Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti tingginya lulusan sarjana yang jadi pengangguran, di mana angkanya telah tembus 1.010.652 orang pada tahun 2025.
Menurut Puan, ini menunjukkan lemahnya sistem pendidikan, kebijakan ketenagakerjaan, dan arah pembangunan ekonomi nasional secara struktural.
“Kita sedang menghadapi tantangan besar di mana lebih dari sejutaan lulusan sarjana yang masih kesulitan mendapat kerja,” kata Puan, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (18/7/2025).
“Ini menandakan bahwa sistem kita, baik pendidikan maupun pasar kerja, belum terkoneksi dengan kebutuhan nyata dunia usaha dan industri,” imbuhnya.
Berdasarkan data yang diungkap Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 juta orang per Februari 2025.
Dari jumlah ini, 1,01 juta di antaranya merupakan lulusan universitas alias bergelar sarjana.
Baca Juga: Cegah PHK Massal di Berbagai Sektor, Pemerintah Diminta Ambil Langkah Konkret
Sementara, data BPS juga menyebut tingkat pengangguran pada Februari 2025 berada di angka 4,76 persen dari angkatan kerja Indonesia berdasarkan status pendidikannya.
Di jajaran pertama, jumlah pengangguran paling banyak berasal dari status pendidikan SD dan SMP 2,42 juta orang, diikuti mereka yang berstatus pendidikan SMA sebanyak 2,04 juta.
Di posisi ketiga ada pendidikan SMK dengan tingkat pengangguran mencapai 1,63 juta orang, disusul lulusan universitas ada sebanyak 1,01 juta orang. Terakhir ada lulusan diploma dengan 177,39 ribu orang pengangguran.
Puan pun menekankan bahwa kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut. Menurutnya, pemerintah harus bertindak cepat dan berani mengambil langkah-langkah korektif secara menyeluruh.
Pemerintah diminta untuk mengevaluasi sistem pendidikan tinggi dan SMK, sehingga lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja lima sampai sepuluh tahun ke depan.
“Kampus dan SMK harus menjadi bagian dari ekosistem produktif nasional, bukan sekadar pabrik gelar akademik,” tegas politikus PDIP itu.
Baca Juga: Menaker: Tantangan Utama Dunia Kerja Bukan Hanya Soal Angka Pengangguran
Puan mengusulkan agar pemerintah memfasilitasi pembentukan Pusat Pengembangan Keterampilan Nasional (National Skill Centers) di berbagai wilayah strategis Indonesia.
Tujuannya adalah sebagai tempat pelatihan ulang (reskilling) dan pelatihan lanjutan (upskilling), untuk menjembatani kesenjangan keterampilan antara lulusan pendidikan dan dunia kerja.
“Kita butuh pusat pelatihan berbasis industri yang tanggap terhadap kebutuhan zaman. Mulai dari teknologi digital, pertanian modern, logistik, sampai energi terbarukan. Negara harus hadir menciptakan sistem pembelajaran seumur hidup,” kata Puan.
Selain itu, diperlukan kebijakan ekspansi sektor produktif dan investasi lapangan kerja yang fokus pada industri padat karya bernilai tambah, sektor hijau, dan ekonomi digital.
“Regulasi dan insentif fiskal harus diarahkan untuk menciptakan lebih banyak ruang kerja formal, bukan sekadar menumbuhkan sektor informal,” kata Puan.
Baca Juga: Pengangguran Melanda, Indonesia Emas Terancam Cuma Impian Belaka
Pemerintah juga didorong untuk membangun platform digital terpadu lintas kementerian yang mampu memetakan kebutuhan tenaga kerja sektoral secara dinamis.
“Lintas kementerian ini harus mampu menyambungkan pencari kerja lulusan sarjana/SMK dengan pelatihan dan lowongan kerja yang relevan. Serta menginformasikan proyeksi pekerjaan masa depan berbasis data,” kata Puan.
Menurutnya, selama kementerian dan lembaga masih bekerja dalam sekat-sekat, masalah pengangguran tidak akan pernah selesai. “Kita butuh orkestrasi, bukan solusi parsial,” Puan menegaskan.
Cucu Presiden Soekarno itu menambahkan, fenomena pengangguran sarjana adalah potret stagnasi perencanaan pembangunan manusia nasional.
Jika tidak segera ditangani, bonus demografi Indonesia bisa berubah menjadi beban sosial dan ekonomi dalam waktu yang tidak lama.
“Negara harus hadir bukan hanya dalam angka pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dalam kualitas dan keberlanjutan kesempatan kerja bagi rakyatnya,” pungkas Puan Maharani.