Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Lifestyle

Terlalu Lama Kesepian, Awas Kena Masalah Kesehatan

Ilustrasi kesepian (Pexels/Pixabay)

TopCareer.id – Kesepian jangan dianggap remeh agar tidak berlangsung dalam jangka waktu lama dan membahayakan kesehatan.

Tiara Diah Sosialita, dosen psikologi Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, kesepian memang bisa berdampak fatal, namun apabila ini berlangsung dalam waktu lama dan kronis.

“Kesepian kronis yang dirasakan terus-menerus dan intens itu bisa berdampak pada banyak sekali risiko-risiko kesehatan mental, bahkan kematian,” kata Tiara, dikutip dari laman resmi Unair, Selasa (5/8/2025).

“Ada studi yang menyimpulkan kalau kesepian itu punya dampak terhadap kesehatan yang setara dengan ketika seseorang merokok 15 batang sehari,” ujarnya.

Baca Juga: Telehealth Jadi Tren, Generasi Muda Makin Sadar Pentingnya Hidup Sehat

Dari perspektif psikologi, kesepian merujuk pada perasaan tidak terpenuhinya kebutuhan akan hubungan sosial yang bermakna, akibat kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam interaksi sosial.

Seseorang yang menghadapi situasi ini akan merasa terisolasi, meski secara fisik terdapat orang lain yang menemani.

Namun, kesepian tidak termasuk dalam klasifikasi gangguan psikologis menurut standar formal Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM).

Tiara mengatakan, kesepian lebih dominan muncul sebagai gejala gangguan psikologis, seperti stres, kecemasan, gangguan kepribadian, dan gangguan stres pascatrauma.

Kesepian sebenarnya hanya emosi alamiah manusia dalam menyikapi suatu kondisi. Namun, masalah ini tetap bisa memburuk jika tidak segera diatasi.

Dalam jangka panjang, kondisi kesepian kronis dapat membuat individu semakin merasa terasing, mendorongnya melakukan hal-hal negatif, termasuk mencelakai diri sendiri.

Baca Juga: Tips Tetap Waras di Tengah Maraknya Berita Buruk

“Ketika kesepian kronis semakin intens akan muncul ide untuk bunuh diri,” kata Tiara.

Menurut Tiara, secara klinis ini sering terjadi pada remaja dan lansia karena ada faktor risiko perkembangan, baik secara kognitif, emosi, dan sosial, yang memang rawan.

Tidak hanya berpengaruh signifikan pada kesehatan psikis, kesepian kronis bisa berdampak pada kondisi fisik individu.

Kesepian juga berisiko menaikkan tekanan darah serta menurunkan daya tahan tubuh.

Hal ini karena seseorang yang mengalami kesepian cenderung menjauhi pola hidup sehat, misalnya makan dan minum tidak teratur, jarang berolahraga, serta keseringan begadang.

Teknologi Belum Bisa Jadi Solusi

Tiara pun mengatakan, kemajuan teknologi komunikasi belum bisa menjadi solusi utama untuk mengatasi kesepian.

Penggunaan teknologi komunikasi yang tidak tepat justru meningkatkan risiko kesepian. “Media sosial itu bisa memperbaiki kondisi kesepian ketika memang digunakan secara tepat dan adaptif,” kata Tiara.

Sebagai contoh, media sosial sebagai fasilitas koneksi sosial, seperti komunitas yang dapat berbagi pengalaman atau sekadar curhat.

Di sisi lain, orang yang mengalami kesepian dapat mencoba melakukan hal-hal praktis untuk mengatasi masalahnya.

Cobalah untuk menjalin pertemanan yang berkualitas, berkomitmen saling timbal-balik dalam pertemanan, serta menyusun rutinitas harian yang lebih positif.

Namun, jika sudah melakukan berbagai langkah praktis namun tak membaik atau malah semakin parah, Tiara menyarankan untuk mencari bantuan profesional, misalnya dengan bantuan dari psikolog.

Leave a Reply