Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Tren

Wamenaker Soal Viral Bendera One Piece: Jangan Buru-Buru Beri Stigma

Ilustrasi bendera One Piece dan Wamenaker (onepiecerp.fandom.com, kemnaker.go.id)

TopCareer.id – Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer turut bersuara soal ramainya pengibaran bendera bajak laut topi jerami Jolly Roger dari anime One Piece, yang viral jelang HUT ke-80 RI.

Melalui keterangan video yang diunggahnya di akun media sosial, Wamen yang biasa dipanggil Noel itu, masyarakat perlu bersikap jernih di tengah perdebatan.

“Ini sebuah realita sosial, di mana kita lihat kritik angka pengangguran begitu besar, kritik angka korupsi masih merajalela,” kata Noel, ditulis Kamis (6/8/2025).

Ia pun mengatakan, negara tidak boleh resisten terhadap kegelisahan anak muda, yang kini dibanjiri informasi, hiburan, serta simbol-simbol fiksi.

Noel mengatakan, generasi muda saat ini juga akrab dengan dengan cerita-cerita seperti One Piece yang penuh pesan kebebasan, persahabatan, serta perlawanan terhadap ketidakadilan.

Baca Juga: Wamenaker: Syarat Batas Usia Hambat Orang Dapat Kerja

“Bentuk-bentuk perlawanan ini dan sebagainya, adalah cerita-cerita yang menjadi semangat, yang membangun semangat mereka, menggelorakan, dan ini juga menjadi cerita-cerita kepahlawanan kita ketika Indonesia ini lahir,” kata Noel.

Menurut Wamenaker, dari cerita-cerita semacam itu, para tokohnya memberontak bukan karena mereka membenci dunia, namun karena ingin memperbaikinya.

“Mereka melawan penindasan bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk meraih kebebasan yang seharusnya dimiliki semua orang. Narasi inilah yang mungkin diterima dengan hati banyak anak muda Indonesia,” kata Noel.

Selain itu, Noel menegaskan dengan berkibarnya bendera One Piece di beberapa tempat, bukan berarti masyarakat juga membuang bendera Merah Putih.

“Muncul simbol alternatif ini adalah tanda lain, mereka ingin didengar, mereka kecewa karena nilai kebersamaan, keadilan, dan solidaritas yang seharusnya hadir di kehidupan nyata, justru mereka temukan di dunia fiksi,” kata Noel.

Noel menilai, saat anak muda lebih merasa terwakili dengan simbol fiktif, maka ada yang salah dengan cara negara hadir dalam kehidupan mereka.

Baca Juga: PHK Massal Ancam Stabilitas, DPR Minta Negara Jangan Cuma Nonton

Ia menambahkan tugas negara bukan cuma menegur atau melarang, tapi juga harus mendengar dan memahami, serta mengajak anak muda dengan cara yang lebih manusiawi.

“Kita tidak boleh buru-buru memberi stigma menganggap mereka anti-negara, hanya akan memperlebar jarak dan menutup pintu dialog,” kata Noel.

“Padahal mereka masih cinta negeri ini, mereka hormat pada Merah Putih, tapi kecewa dengan cara pengurus negara menjalankan amanah,” ujarnya.

Noel menegaskan, negara harus bijak dalam membedakan mana pemberontakan dan mana keinginan untuk perubahan. Ia menambahkan, yang dibutuhkan saat ini adalah pendekatan represif, namun pendekatan kreatif.

“Energi muda yang begitu besar bisa diarahkan ke gerakan nasionalisme yang segar, menggabungkan kecintaan mereka pada budaya populer dengan semangat kebangsaan,” pungkas Noel.

Leave a Reply