TopCareer.id – Kecerdasan buatan (AI) membuat lulusan ilmu komputer atau teknologi jadi lebih sulit mendapatkan pekerjaan.
Di Inggris, lulusan studi ilmu komputer dan keamanan siber, Eddie Hart, mengaku dirinya tak tahu kalau terjun ke dunia teknologi akan lebih sulit.
Lulusan Newcastle University ini mengaku dirinya sudah tahu bahwa masuk ke dunia kerja teknologi tidak akan mudah, namun dia mengira akan sedikit lebih mudah.
Pemuda yang sekarang menjadi security engineer di sebuah perusahaan keamanan siber ini juga mengatakan, untuk lowongan “junior” pun seringkali perusahaan tetap meminta pengalaman kerja profesional minimal dua tahun.
“Itu tidak realistis, dan malah membuat kandidat yang sebenarnya bagus jadi enggan mencoba,” kata Hart, seperti dilansir BBC, dikutip Rabu (27/8/2025).
Menurutnya, perusahaan sekarang menggunakan AI untuk mengotomatisasi pekerjaan-pekerjaan coding sederhana. Padahal dulu, pekerjaan tersebut jadi ajang belajar bagi pekerja pemula mengasah pengalaman.
“Menggantikan developer sepenuhnya dengan AI itu tidak akan berkelanjutan,” kata Hart.
Baca Juga: Studi Australia Ungkap Sederet Pekerjaan yang Sulit Digusur AI
National Foundation for Education Research di Inggris melaporkan, 50 persen iklan lowongan kerja teknologi turun di antara 2019/2020 dan 2024/2025. Posisi entry level jadi yang paling terdampak.
Riset mencatat bahwa “dampak yang diantisipasi dari kecerdasan buatan” sebagai salah satu penyebabnya.
Di sisi lain, para developer justru semakin sering memakai AI untuk membantu kerja coding, meski masih banyak yang kurang percaya dengan hasilnya.
Riset Stack Overflow menyebut, hampir 50 persen developer memakai AI setiap harinya, padahal hanya sepertiga yang benar-benar mempercayai output dari kecerdasan buatan.
“Ini memang waktu yang sulit buat fresh graduate,” kata Prashanth Chandrasekar, CEO Stack Overflow.
Menurut Chandrasekar, banyak developer yang memilih bertahan di pekerjaannya saat ini meski merasa kurang puas, kemungkinan karena mereka ingin “bermain aman.”
Dampaknya, lulusan teknologi muda makin kesulitan mendapatkan pekerjaan pertamanya.
Baca Juga: 2 Pekerjaan Disebut Bakal Sulit Digeser AI
Proses melamar kerja pun jadi makin menantang bagi para lulusan teknologi. Hart mengatakan dirinya bahkan tahu proses rekrutmen di mana penilainya juga AI.
“Rasanya seperti tidak dihargai, bahkan ditolak pun bukan oleh manusia,” ujar Hart.
Seorang lulusan ilmu komputer baru bernama Colin (bukan nama asli), juga mengaku dirinya sering menemukan perusahaan memakai AI untuk screening CV, sehingga sebuah CV harus “AI friendly.”
Saat lolos ke tahap wawancara, Colin pun tahu bahwa pewawancara jelas-jelas tidak membaca CV-nya.
Paul Dix, CTO dan salah satu pendiri perusahaan database InfluxData mengatakan, dalam setiap penurunan atau gangguan ekonomi, pengembang perangkat lunak junior jadi yang paling terpukul.
“Jika tidak ada yang mempekerjakan developer muda, maka akan ada titik di mana Anda tidak memiliki pengembang senior, karena Anda benar-benar menghancurkan jalur pengembangan,” ujarnya.
Baca Juga: Pakar Nvidia Beri 5 Tips Mulai Karier di Era AI
Rajiv Ramaswami, CEO perusahaan cloud Amerika Serikat Nutanix mengatakan, beberapa lulusan baru sesungguhnya malah memiliki lebih banyak pengalaman dalam memakai AI, dibandingkan cara pemrograman tradisional.
“Saya rasa pasar talenta sedang dalam kondisi terbaik dalam beberapa tahun terakhir,” kata Ramaswami.
Chandrasekar juga menegaskan bahwa industri teknologi selalu punya model “apprenticeship“, di mana pemula belajar secara langsung dari senior.
Namun katanya, banyak perusahaan yang sudah telanjur berinvestasi besar di AI merasa harus menunjukkan hasil, salah satunya dengan memangkas perekrutan.
Ia menambahkan, kekhawatiran soal hilangnya pekerjaan selalu muncul di setiap disrupsi teknologi. Namun pada akhirnya, akan selalu muncul pekerjaan baru, mengingat adanya masalah baru yang harus dipecahkan.
“Permintaan untuk developer tidak akan habis, justru makin besar untuk memecahkan masalah-masalah baru,” kata Chandrasekar.
Hanya, lonjakan permintaan tersebut mungkin tidak datang cukup cepat untuk sebagian lulusan baru saat ini.