3 Risiko yang Mengintai dari Program Kebugaran Abal-Abal

Mengingat adanya kesamaan antara aplikasi kebugaran dan pelatih virtual, sangat penting bagi pengguna untuk berhati-hati. Adapun, beberapa risiko yang mengintai di antaranya:
- Paparan layanan pihak ketiga
Banyak pelatih menggunakan aplikasi tambahan untuk jadwal, pembayaran, atau komunikasi, yang tidak selalu aman dan bisa membuka celah kebocoran data.
Jika salah satunya tak punya enkripsi yang kuat, gagal mematuhi kebijakan perlindungan atau mengalami pelanggaran data, ini bisa mengekspos informasi sensitif pengguna, termasuk data kesehatan, lokasi, foto, dan detail keuangan.
Lebih buruk lagi, klien seringkali tidak menyadari bahwa banyaknya alat yang berbeda dengan kenyataannya.
- Eksploitasi foto perubahan bentuk tubuh
Klien biasanya membagikan foto-foto sebelum dan sesudah latihan dengan pelatih mereka, sebagai dokumentasi perubahan fisik seiring berjalannya waktu, melacak progres, atau merayakan pencapaian.
Namun, foto-foto tersebut bisa sangat pribadi dan sering diambil dengan pakaian minim, untuk menunjukkan dengan jelas bentuk otot atau lemak yang berhasil dikurangi. Hal ini rentan disalahgunakan.
Yang terburuk, jika perangkat atau platform terkena hack, foto-foto ini dapat bocor di internet, dicuri bot, atau dipakai untuk pencurian identitas atau pelecehan, terutama jika menyertakan geotag, wajah, atau nama pengguna.
Untuk mengurangi risiko ini, penting bagi klien dan pelatih menyepakati bagaimana foto-foto tersebut akan ditangani, disimpan, dan apakah foto-foto tersebut dapat dipublikasikan, idealnya secara tertulis.
Klien juga harus berhati-hati tentang apa yang mereka kirim, hindari menyertakan fitur pengenal, dan pilih platform yang aman untuk berbagi media sensitif.
Baca Juga: VIDEO: AI Bakal Ubah Sektor Kesehatan dan Penjualan, Manusia Bakal Tergantikan?
- Peniruan identitas
Banyak personal trainer membangun bisnis lewat media sosial dan jadi semacam mikro-influencer dengan pengikut yang percaya pada mereka. Namun, popularitas ini juga berisiko.
Jika akun mereka diretas karena password lemah atau phishing, penjahat siber bisa mengambil alih dan berpura-pura jadi pelatih.
Dari akun Instagram, TikTok, atau WhatsApp yang sudah dikuasai, penyerang bisa mengirim pesan ke klien untuk meminta data pribadi atau pembayaran bodong dengan alasan “program eksklusif” atau “promo terbatas”.
Karena pesan datang dari akun yang dikenal, klien biasanya lebih mudah percaya, apalagi kalau sudah punya hubungan dekat dengan pelatih tersebut.
Anna Larkina, pakar privasi di Kaspersky menegaskan bahwa meski ada risiko keamanan siber, bukan berarti kamu tak boleh ikut program kebugaran yang ada di internet.
“Layaknya pemanasan sebelum berolahraga, Anda harus melindungi data Anda sebelum masuk,” ujarnya, mengutip keterangan tertulis, Senin (8/9/2025).
Ia menegaskan, program olahraga virtual tetap bisa menjadi alat yang ampuh dan memotivasi, selama kamu tetap waspada terhadap potensi jebakan dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi data dan privasimu.