TopCareer.id – Tren membuat gambar foto polaroid dan figur 3D dengan bantuan AI tengah viral di media sosial, berkat model baru dari Gemini Google yaitu Nano Banana.
Berkat Nano Banana, pula jumlah unduhan dari aplikasi Gemini pun meroket di toko aplikasi.
Data dari Appfigures, seperti dikutip dari Tech Crunch, Senin (22/9/2025), menyebut bahwa Gemini mencapai puncak toko aplikasi global dengan unduhan yang meroket hingga 45 persen dari bulan ke bulan, di September 2025.
Di pertengahan September, aplikasi Gemini Google sudah mendapatkan 12,6 juta unduhan, naik dari 8,7 juta di bulan Agustus 2025.
Sebelum September, Gemini hanya mencapai posisi No. 3 di App Store Amerika Serikat pada 28 Januari 2025. Tak lama setelah Nano Banana dirilis, Gemini mencapai posisi 2 di App Store AS pada 8 September.
Baca Juga: Pekerja Muda Kini Ajari Rekan Kerja Senior Gunakan AI
Kemudian, Gemini menjadi aplikasi nomor 1 pada 12 September, dan tetap bertahan di posisi tersebut setelah menggeser ChatGPT dari OpenAI ke posisi 2. Tidak ada aplikasi khusus AI lainnya yang masuk dalam 10 besar di App Store saat ini.
Appfigures juga mencatat, Gemini jadi salah satu dari lima aplikasi iPhone teratas secara keseluruhan, di 108 negara di dunia.
Sementara di Google Play amerika Serikat, Gemini naik dari peringkat 26 menjadi posisi kedua pada hari Senin pekan lalu, hanya di bawah ChatGPT.
Apa Itu Nano Banana?
Nano Banana diluncurkan pada Agustus lalu dan menerima ulasan positif dari para pengguna, khususnya yang menyebut bahwa mereka kini bisa mengedit gambar yang kompleks, serta menciptakan gambar yang realistis dengan lebih mudah.
Dalam peluncurannya, seperti dikutip dari The Verge, Google menyebut Nano Banana sebagai cara untuk “mengubah gambar dengan cara baru yang menakjubkan” di dalam aplikasi Gemini.”
Pengguna cukup memasukkan gambar ke Gemini, lalu mengetikkan apa yang ingin diubahnya. Selain itu, seseorang juga bisa menggabungkan berbagai gambar dan membuat video.
AI ini pun belakangan viral karena banyak pengguna media sosial yang membuat foto mereka menjadi action figure 3D atau membuat foto vintage bersama tokoh idolanya.
Pro Kontra dan Masalah Keamanan
Namun, tren ini juga memunculkan pro kontra, mulai dari masalah hak cipta dan penggunaan foto yang tanpa izin, hingga soal keamanan data,
Google Gemini pun menyebut bahwa “generator gambar AI ini dirancang dengan mempertimbangkan tanggung jawab” dan “konsisten dengan prinsnip AI” mereka.
“Untuk memastikan adanya perbedaan yang jelas antara visual yang dibuat dengan Gemini dan karya seni asli manusia, Gemini menggunakan watermark SynthID yang tidak terlihat, serta watermark yang terlihat untuk menunjukkan bahwa visual tersebut dihasilkan oleh AI,” tulis Gemini di situsnya, mengutip NDTV.
SynthID adalah teknologi yang dikembangkan oleh Google DeepMind, yang menyematkan watermark digital ke dalam konten buatan AI, sehingga memungkinkan identifikasi dan verifikasi asal gambar, audio, teks, atau video yang dibuat oleh model AI.
Teknologi semacam sidik jari digital ini membantu membedakan konten yang dihasilkan AI dari karya seni manusia. Gemini juga mengatakan bahwa hasil gambar dibuat berdasarkan permintaan.
Baca Juga: Imbas AI, Lulusan Ilmu Komputer Lebih Susah Dapat Kerja Pertama
Google pun tidak menyangkal bahwa mungkin saja ada kasus di mana AI menghasilkan konten yang dinilai tidak pantas oleh sebagian orang.
“Kami akan terus mendengarkan masukan Anda melalui tombol jempol ke atas/bawah dan melakukan perbaikan berkelanjutan,” kata Google Gemini.
“Meskipun tidak selalu tepat, kami akan mendengarkan masukan Anda, berbagi tujuan kami, dan terus meningkatkannya,” imbuhnya
Gemini juga menyatakan bahwa mereka telah membatasi hasil gambar buatan AI-nya, misalnya terkait instruksi melukai diri sendiri, pornografi, atau yang terlalu vulgar.