Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Profesional

Kerap Dilakukan Gen Z di Tempat Kerja, Apa Itu Quiet Covering?

Ilustrasi pekerja Generasi Z butuh pengembangan diri, termasuk dalam hal berinteraksi.Ilustrasi pekerja Generasi Z butuh pengembangan diri, termasuk dalam hal berinteraksi. (Dimas/TCI)

TopCareer.id – “Quiet covering” jadi salah satu istilah yang terkait dengan tren dunia kerja Gen Z saat ini. Apa itu?

Quiet covering” adalah kecenderungan karyawan menyembunyikan aspek pribadi mereka, agar terhindar dari penilaian atau stereotipe, supaya terlihat lebih cocok dan layak dipromosikan.

Biasanya, mereka menyembunyikan orientasi seksual, usia, pandangan politik, kesehatan mental, atau kurangnya keterampilan, agar tidak dinilai negatif.

Survei yang dilakukan Attensi terhadap 2.000 karyawan lintas industri dan kelompok usia menyebut “quiet covering” sebagai krisis senyap dalam dunia kerja saat ini.

58 persen mengaku melakukan “skill masking” atau menyembunyikan kekurangan pengetahuan/kemampuan, agar terhindar dari penilaian.

Sementara, hampir separuh mengaku pura-pura paham sesuatu di tempat kerja dan 40 persen menghindari meminta bantuan walau mereka tidak yakin harus melakukan apa.

Baca Juga: Banyak Pekerja Alami ‘Quiet Cracking’, Apa Itu?

Dalam kadar tertentu, “covering” adalah hal yang wajar dan sudah bisa diperkirakan, karena mencerminkan kemampuan beradaptasi dan kecerdasan emosional, untuk menavigasi konteks sosial dan profesional yang beragam.

Namun, jika dilakukan secara berlebihan atau kronis, kebiasaan ini bisa berbahaya, menimbulkan stres, burnout, dan rasa putus hubungan, yang akhirnya berujung pada kesejahteraan maupun performa organisasi.

Studi dari Hu-X x Hi-Bob, seperti dikutip dari Forbes, melaporkan bahwa 97 persen karyawan melakukan covering setidaknya sesekali, dan 67 persen sering melakukannya.

Beberapa alasan yang ditemukan termasuk menjaga citra profesional (55 persen), demi penerimaan sosial (48 persen), menghindari diskriminasi (46 persen), meningkatkan peluang mendapat promosi, kenaikan gaji atau bonus (46 persen) atau meningkatkan peluang mendapat penilaian akhir tahun yang lebih baik (43 persen)

Studi Hu-X x Hi-Bob pun mencatat bahwa Gen Z lebih sering melakukan “covering” dibandingkan generasi sebelumnya.

Quiet Covering dan pekerja Gen Z

Pekerja Gen Z lebih dari dua kali lipat lebih mungkin daripada boomer menyembunyikan bagian dari diri mereka di tempat kerja, dengan 56 persen menyebut melakukannya bahkan dalam percakapan dengan HR.

Studi tersebut juga menjelaskan ini mungkin terkait dengan tatapan kosong yang dilakukan generasi ini, demi melindungi dirinya, bukan karena malas atau tidak peduli.

Hampir separuh Gen Z melaporkan mereka menyembunyikan masalah kesehatan mental, kebiasaan perawatan diri, atau pengalaman masa lalu demi memproyeksikan citra profesional yang kuat agar lebih mudah dipromosikan.

Menurut Tia Katz, pendiri Hu-X tatapan ala Gen Z ini merupakan respons perlindungan diri terhadap norma tempat kerja, yang terasa menuntut secara emosional.

“Apa yang tampak seperti ketidakpedulian sering kali justru tindakan aktif dan terukur untuk melindungi diri,” ujarnya.

Katz mengatakan, gestur ini adalah batas nonverbal yang mereka terapkan untuk menghadapi tempat kerja yang dibentuk oleh budaya selalu aktif, di mana kepercayaan diri (bukan kompetensi), ketersediaan emosional dan antusiasme terhadap budaya perusahaan, dianggap sebagai pengukuran kinerja.

Baca Juga: Dunia Kerja Berubah, 5 Jenis Keterampilan Ini Banyak Dicari Perusahaan

Studi ini juga menjelaskan “quiet covering” Gen Z dan Milenial sebagai keputusan strategis untuk meningkatkan peluang promosi, kenaikan gaji, bonus, penilaian akhir tahun yang lebih baik, menghindari diskriminasi dan mendapatkan penerimaan sosial.

“Saya tidak percaya mereka terlalu sensitif atau kurang percaya diri,” tegas Katz. “Sebaliknya, mereka memikul beban perubahan sosial besar-besaran yang sedang berlangsung.”

55 persen responden Gen Z dalam studi juga menyebut bahwa citra profesional menjadi alasan utama mereka menyembunyikan hal-hal personalnya.

Ada kemungkinan pekerja muda lebih cenderung menyembunyikan aspek kehidupan personal, yang mungkin tak selaras dengan ekspektasi tempat kerja tradisional.

Menurut Katz, ini tak sekadar soal perasaan tidak nyaman. Namun, ini adalah energi yang dihabiskan untuk mengelola persepsi, ketimbang benar-benar hadir, kreatif, dan terlibat secara penuh.

“Lama-kelamaan hal ini menguras kinerja, memperlambat pertumbuhan dan mengikis rasa percaya diri. Bagi banyak orang, ini bukan hanya melelahkan, tapi juga tak berkelanjutan,” ujarnya.

“Quiet Covering” jangan dilihat sebagai perlawanan

Studi Hu-X x Hi-Bob menunjukkan tujuh konsekuensi “quiet covering” di tempat kerja pada Gen Z:

  • Menyebabkan stres sedang hingga berat (64 persen)
  • Mengurangi produktivitas dan efisiensi (54 persen)
  • Menghambat perkembangan karier (40 persen)
  • Mengurangi keterlibatan (56 persen)
  • Mempengaruhi kehidupan di luar pekerjaan (43 persen)
  • Membatasi kreativitas dan inovasi (55 persen)
  • Menurunkan kinerja (47 persen)

Studi lain dari PR Newswire juga menunjukkan, banyak pekerja Gen Z yang diam-diam memakai AI untuk mempercepat tugas-tugas mereka, tanpa memberitahu atasannya. Banyak dari responden yang menyebut bahwa mereka takut dianggap malas atau khawatir pekerjaannya digantikan oleh AI.

Baca Juga: Job Hugging, Kala Pekerja Ogah Resign Karena Takut Susah Dapat Kerja Baru

Katz pun menegaskan bahwa “quiet covering” merupakan risiko nyata bagi organisasi.

“Ketika keaslian dianggap sebagai liabilitas, perusahaan kehilangan kreativitas, produktivitas, dan inovasi. Ini juga meningkatkan stres dan menurunkan keterlibatan dengan cara yang sering kali tak terlihat sampai memengaruhi retensi dan kinerja,” kata Katz.

Ia pun mendorong perusahaan melihat fenomena ini sebagai sebuah masukan, bukan perlawanan.

“Mereka ingin dilihat dan dihargai atas siapa mereka dan kontribusi unik yang mereka bawa, bukan seberapa baik mereka sesuai dengan pola yang ada,” pungkasnya.

Leave a Reply