TopCareer.id – Pemerintah baru-baru ini mengumumkan Program Magang Nasional 2025, yang menargetkan lulusan baru (fresh graduate).
Zuly Qodir, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyebut, sebenarnya program ini masih menyimpan dilema.
Di satu sisi, program magang nasional bisa jadi jembatan antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Namun, ada potensi eksploitasi terhadap para lulusan baru, yang minim daya tawar.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Punya Program Magang Fresh Graduate, Gaji UMP
“Anggapan para pemilik usaha bahwa fresh graduate pasti lebih murah dan tidak banyak menuntut membuka kemungkinan eksploitasi tenaga kerja,” kata Zuly, mengutip umy.ac.id, Senin (29/9/2025).
Menurutnya, dalam relasi ketenagakerjaan pekerja sering berada dalam posisi lemah di hadapan pemilik modal.
Kondisi ini semakin berat karena serikat pekerja di Indonesia yang cenderung lemah, sehingga lulusan baru yang belum punya daya kritis jadi kelompok paling rentan.
Meski program ini merupakan magang berbayar, Zuly menegaskan perusahaan tidak boleh semena-mena. “Harus ada jaminan bahwa tidak terjadi eksploitasi tenaga kerja, meskipun mereka hanya berstatus magang,” ujarnya.
Baca Juga: Menko Airlangga Ungkap Syarat Utama Ikut Magang Fresh Graduate
Dia mengatakan, dunia usaha memang membutuhkan tenaga terampil dan perguruan tinggi bisa menyediakannya. Namun ini bukan berarti mereka bisa dibayar murah.
Menurut Zuly, magang berbayar tetap bisa memberi manfaat jika ditempatkan sebagai sarana pembelajaran.
Lulusan baru akan memperoleh pengalaman kerja, meski dengan penghasilan yang terbatas, sementara dunia usaha juga harus memahami bahwa tenaga magang belum sepenuhnya terampil.
“Pada akhirnya, perguruan tinggi harus menyiapkan lulusannya agar siap bersaing di dunia kerja, sekaligus memastikan mereka tidak jatuh dalam lingkaran eksploitasi,” pungkas Zuly.