TopCareerID

Sekaleng Diet Soda Lebih Bahaya Daripada Soda Biasa?

Ilustrasi diet soda. (Ri Butov/Pixabay)

TopCareer.id – Diet soda kerap disebut sebagai alternatif untuk mereka yang ingin mengonsumsi minuman bersoda, tanpa harus khawatir akan kandungan gula. Namun, sebuah studi mengungkapkan minuman ini punya risiko yang lebih tinggi ketimbang soda biasa.

Sebuah studi menemukan kaitan antara minuman dengan pemanis buatan dengan peningkatan risiko metabolic dysfunction-associated steatotic liver disease (MASLD), atau penyakit hati berlemak yang terkait disfungsi metabolik.

“Studi kami menunjukkan (minuman rendah atau tanpa gula) justru terkait dengan risiko MASLD yang lebih tinggi, bahkan pada tingkat konsumsi yang rendah seperti satu kaleng per hari,” kata penulis utama studi Lihe Liu, mahasiswa pascasarjana gastroenterologi di First Affiliated Hospital of Soochow University, Tiongkok.

Liu mengatakan, temuan ini menunjukkan pandangan yang berbeda bahwa minuman diet soda tidak berbahaya, serta menyoroti perlunya meninjau kembali fungsinya dalam pola makan dan kesehatan hati.

Minuman diet pun kerap dipasarkan sebagai alternatif yang lebih sehat dari soda, karena tidak mengandung banyak gula dan kalori.

Selain itu, semakin banyak penelitian yang menunjukkan adanya kaitan antara pemanis buatan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik, diabetes tipe-2, dan masalah jantung.

Baca Juga: Konsumsi Minuman Manis RI Masuk Tertinggi Se-Asia Pasifik

Beberapa pengganti gula bahkan diduga mengganggu kesehatan usus, mempengaruhi kadar gula darah, hingga memicu pembekuan darah.

“Minuman bergula memang sudah lama jadi sorotan, sedangkan versi diet sering dianggap pilihan yang lebih baik. Padahal, keduanya banyak dikonsumsi dan efeknya terhadap kesehatan hati belum benar-benar dipahami,” kata Liu, dikutip dari New York Post, Rabu (8/10/2025).

Untuk riset ini, peneliti melibatkan hampir 123.800 penduduk Inggris tanpa riwayat penyakit hati, untuk memantau kebiasaan minum mereka antara 2009 dan 2012.

Peserta mendapatkan pertanyaan mengenai jumlah konsumsi minuman ringan 250 mL yang ia konsumsi.

Partisipan kemudian dipantau lebih dari 10 tahun untuk melihat apakah mereka mengalami MASLD, kondisi di mana lemak menumpuk berlebih di hati, menyebabkan peradangan dan kerusakan organ. Gejalanya bisa berupa mudah lelah, tidak enak badan, dan nyeri perut.

Hasilnya, ditemukan mengonsumsi lebih dari satu kaleng kecil soda diet per hari meningkatkan risiko MASLD hingga 60 persen, sedangkan porsi yang sama dari soda biasa meningkatkan risiko hingga 50 persen.

Kedua jenis minuman menyebabkan penumpukan lemak di hati, tapi hanya minuman diet yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian terkait hati.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Makan Berlebihan Ini Bikin Gagal Diet

Menurut Liu, kandungan gula tinggi pada minuman bergula bisa menyebabkan lonjakan cepat glukosa dan insulin, memicu kenaikan berat badan, serta meningkatkan kadar asam urat, yang semuanya berkontribusi pada penumpukan lemak di hati.

“Sedangkan minuman diet dapat memengaruhi kesehatan hati dengan mengubah mikrobioma usus, mengganggu rasa kenyang, memicu keinginan terhadap rasa manis, dan bahkan menstimulasi sekresi insulin,” Liu menambahkan.

Saat ini, sekitar 38 persen orang dewasa diketahui menderita MASLD, dan angka ini diperkirakan naik menjadi lebih dari 55 persen pada tahun 2040, seiring meningkatnya kasus obesitas dan diabetes.

Hasil penelitian ini dipresentasikan pada United European Gastroenterology Week di Berlin. Namun, Liu tidak mencantumkan merek minuman atau jenis pemanis buatan yang digunakan.

Untungnya, mengganti minuman-minuman ini dengan air putih menurunkan risiko MASLD hingga 12,8 persen untuk soda biasa dan 15,2 persen untuk diet soda.

“Cara paling aman adalah membatasi konsumsi minuman bergula maupun yang berpemanis buatan,” kata Liu.

“Air tetap menjadi pilihan terbaik karena tidak memberi beban metabolik, mencegah penumpukan lemak di hati, dan menjaga tubuh tetap terhidrasi,” pungkasnya.

Exit mobile version