TopCareer.id – Empati jadi salah satu soft skill penting yang dapat berpengaruh pada dunia kerja dan karier seseorang.
Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang sedang dialami orang lain. Di dunia kerja, ini berarti kita bisa mengenali perasaan rekan kerja dan menanggapinya dengan kepedulian dan kesadaran.
“Empati adalah ketika kamu bisa merasakan dan memahami perasaan, sikap, serta pengalaman seseorang,” kata Sophia Koustas, profesor madya administrasi bisnis dan manajemen di School of Business, Southern New Hampshire University.
“Empati berarti memahami pengalaman orang lain dalam peristiwa kehidupan sehari-hari,” imbuhnya, mengutip laman resmi Southern New Hampshire University, Selasa (28/10/2025).
Menurut Koustas, “memahami” menjadi pembeda antara empati dan simpati. Ia menjelaskan, simpati terkait dengan merasa kasihan terhadap kesedihan atau masalah orang lain.
Contoh empati di tempat kerja
Ada beberapa contoh empati di tempat kerja. Misalnya, saat ada orang baru di divisimu, cobalah untuk mengingat tantangan yang kamu hadapi ketika kamu masih baru bergabung.
“Karyawan baru masih menyesuaikan diri dengan budaya perusahaan, sistem, dan proses kerja,” kata Koustas. “Mereka mungkin membuat beberapa kesalahan di minggu-minggu pertama, tapi jelas sedang berusaha belajar dan berkembang.”
Kepada rekan baru, ada beberapa yang bisa dilakukan untuk menunjukkan empati kepada mereka misalnya:
- Bersabarlah terhadap mereka.
- Sering-sering mengecek keadaan mereka untuk menawarkan dukungan, keyakinan, dan jawaban atas pertanyaan.
- Pastikan mereka merasa nyaman meminta bantuan.
- Berikan feedback dengan cara yang ramah dan membangun.
- Tawarkan bimbingan.
Baca Juga: 10 Skill Ini Paling Berkembang Pesat di 2030
Skenario lain bisa terjadi saat rekan kerja kita berduka karena kehilangan orang yang dicintai. Menurut Koustas, ada banyak cara untuk menunjukkan empati dan kepedulian.
“Daripada sekadar mengucapkan belasungkawa dan melanjutkan pekerjaan, rekan kerja serta atasan dapat menunjukkan kepedulian yang tulus dan menawarkan dukungan,” kata Koustas.
Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:
- Izinkan mereka mengambil waktu cuti untuk berduka dan berikan fleksibilitas jadwal kerja.
- Tetaplah memantau kondisi mereka secara berkala.
- Carikan solusi alternatif atau bantuan untuk proyek dengan tenggat waktu.
- Bantu tugas-tugas kecil agar beban emosional mereka berkurang.
- Hormati proses internal yang sedang mereka jalani.
Menurut Koustas, di luar profesi-profesi yang bersifat kemanusiaan, berempati dulu kerap diabaikan di dunia profesional. Ia menyebut, menunjukkan ini di tempat kerja kadang dianggap membuat kita “lembek.”
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ia melihat adanya pergeseran. Sekarang, empati semakin diterima, bahkan dianggap esensial oleh banyak perusahaan.
Menurut The Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum, 50 persen perusahaan yang disurvei menganggap empati dan kemampuan mendengarkan aktif sebagai keterampilan inti tenaga kerja mereka.
Selain itu, 95 persen percaya bahwa kebutuhan akan keterampilan tersebut akan tetap stabil atau meningkat antara tahun 2025 dan 2030.
Seiring meningkatnya pentingnya empati, banyak organisasi mulai menerapkannya secara lebih luas. Beberapa brand bahkan mengintegrasikan empati dalam strategi branding dan desain produknya.
Baca Juga: 3 Soft Skill yang Berguna Buat Cari Kerja di Awal Karier
Koustas menegaskan, pemimpin juga punya peran penting dalam menumbuhkan budaya organisasi yang empatik.
“Idealnya, empati harus ditunjukkan dari atas ke bawah dalam hierarki organisasi,” katanya. “Dampaknya akan terlihat baik dalam hubungan internal antarpegawai maupun antara pegawai dan pelanggan.”
Saat para pemimpin menanamkan empati, hal itu dapat menjadi sebuah perubahan, meningkatkan keterlibatan, kinerja tim, dan kepercayaan terhadap kepemimpinan.
Tips menerapkan empati di tempat kerja
Untuk menerapkan empati dalam lingkungan kerja sehari-hari, Koustas pun memberikan beberapa tips ini:
- Bangun hubungan yang baik dengan rekan kerja.
- Lihat situasi dari sudut pandang orang lain tanpa terbawa emosi secara berlebihan.
- Bersikaplah objektif.
- Tunjukkan kepedulian dan dukungan yang wajar untuk membantu rekan kerja berkembang.
- Mendengarkanlah secara aktif tanpa menyela dan reflektif dengan mengulangi inti ucapan mereka.
- Gunakan bahasa tubuh dan ekspresi non-verbal yang sesuai.
- Hindari cepat membuat penilaian.
- Validasi perspektif orang lain, bukan berarti setuju, tapi menunjukkan bahwa kamu paham dari mana mereka berasal.
Yang terpenting, temukan keseimbangan antara berempati dan menjaga diri sendiri. Koustas menegaskan, empati bukan berarti mengorbankan diri, tapi memahami orang lain tanpa kehilangan arah dan tujuan.
