TopCareerID

5 Red Flag Penipuan Lowongan Kerja yang Wajib Diwaspadai

investasi bodong

Ilustrasi putus asa mencari kerja (Dok. Fit for Work)

TopCareer.id – Penipuan lowongan kerja untuk online scam belakangan kembali jadi sorotan. Jika tak hati-hati, seseorang bisa jadi korban perdagangan orang.

Abie Sancaya, National Programme Officer for Human Trafficking and Migrant Smuggling, United Nations Office on Drugs and Crime menyebut, perdagangan orang kini juga memanfaatkan teknologi.

Menurut Abie, perekrutan, pembujukan, hingga kontrol, saat ini berlangsung sepenuhnya di ruang digital.

“Melindungi masyarakat menuntut kolaborasi lintas-sektor,” kata Abie dalam sebuah forum nasional beberapa waktu lalu, mengutip siaran pers, Rabu (12/11/2025).

Sawitri, Head of Country Marketing Indonesia, Jobstreet by SEEK mengatakan, salah satu modus yang kian marak menjerat korban perdagangan orang adalah penipuan lowongan kerja.

Baca Juga: Waspada, Ada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Admin dan Remote

“SEEK menempatkan keamanan dan integritas platform sebagai prioritas, dengan deteksi dini menggunakan AI, dan proses verifikasi secara berjenjang oleh tim khusus dari 4 departemen, serta edukasi bagi pencari kerja,” kata Sawitri.

Ia menjelaskan, penipuan berkedok lowongan kerja kerap beredar di kanal tidak terstruktur seperti chat pribadi dan media sosial tanpa verifikasi, sehingga pelaku leluasa memanipulasi korban.

Karena itu, perekrutan terstruktur di platform terpercaya akan membuat tahapan rekrutmen mulai dari posting, seleksi, hingga komunikasi, dapat terverifikasi, terdokumentasi, dan bisa diaudit, sehingga mempersempit ruang gerak penipu.

5 Modus Penipuan Lowongan Kerja yang Sering Ditemui

Untuk itu, berikut ini beberapa modus umum penipuan lowongan kerja yang wajib diwaspadai masyarakat:

  1. Tawaran kerja paruh waktu yang “mudah” via WhatsApp/Telegram (seperti tugas “like/subscribe” media sosial), diawali transfer komisi kecil lalu berlanjut skema deposit/top-up dan akhirnya dana tidak dikembalikan.
  2. Permintaan biaya “administrasi/pelatihan/peralatan kerja” di awal proses rekrutmen merupakan indikasi klasik lowongan palsu yang diimbau untuk dihindari oleh otoritas ketenagakerjaan.
  3. Perpindahan komunikasi ke luar kanal resmi (chat pribadi/grup), seringkali diarahkan ke formulir atau grup aplikasi pesan untuk memanipulasi dan mengumpulkan dana/data.
  4. Permintaan data pribadi sensitif (nomor rekening, identitas) pada tahap awal merupakan ciri penipuan menurut imbauan resmi Kemenkominfo dan kanal pemerintah daerah.
  5. Lowongan luar negeri dengan janji gaji tinggi namun mendorong penggunaan visa wisatawan, meminta biaya proses, dan memunculkan risiko eksploitasi. Pencari kerja wajib memastikan izin kerja yang benar.
Exit mobile version