TopCareerID

10 Jurusan Kuliah Ini Tak Sementereng Dulu

Ilustrasi studi Federal Reserve New York, gelar teknik jadi jurusan kuliah dengan pendapatan tertinggi.

Ilustrasi jurusan kuliah perguruan tinggi S1 (Pexels)

TopCareer.id – Banyak pelajar atau mahasiswa yang mempertanyakan apakah jurusan kuliah yang mereka pilih masih menguntungkan di masa depan.

Penelitian yang dilakukan ekonom Harvard, David J. Deming dan Kadeem Noray, pada tahun 2020 menemukan, keuntungan yang dulu melekat pada beberapa gelar terapan seperti ilmu komputer, teknik, dan bisnis, cenderung lebih cepat.

Mereka menyebut, hal ini terjadi karena keterampilan teknologi cepat usang, sehingga lulusan harus terus memperbarui kemampuan supaya tidak ketinggalan zaman.

“Premi pendapatan bagi lulusan yang mengambil jurusan berbasis teknologi turun dengan cepat seiring pekerja beralih ke bidang pekerjaan yang berubah lebih cepat,” tulis mereka, seperti dikutip dari Times of India, Senin (24/11/2025)

Ini menegaskan bahwa tidak semua gelar menawarkan nilai berkelanjutan tanpa pembaruan keterampilan secara terus-menerus.

Harvard Business School dan pusat karier Ivy League lainnya juga mencatat bahwa di awal 2025, mereka yang bergelar MBA pun kini lebih sulit mendapatkan pekerjaan papan atas dengan cepat. Ini menandakan nilai gelar bisnis klasik ikut terkikis.

Baca Juga: Kemnaker: Jejak Digital Bisa Pengaruhi Reputasi di Masa Depan

Survei yang didokumentasikan oleh The Harvard Crimson (2013 hingga sekarang) juga menunjukkan penurunan tajam pada peminat humaniora.

Pergeseran ini mencerminkan fokus mahasiswa dan pemberi kerja yang meningkat pada bisang STEM dan gelar terapan dengan jalur karier yang lebih jelas.

Banyak perusahaan kini lebih fokus pada keterampilan teknis dan kesesuaian dengan pekerjaan, ketimbang label gelar semata.

10 jurusan kuliah yang mulai kehilangan daya tarik di pasar kerja

  1. Administrasi Bisnis (termasuk MBA): Persaingan pasar semakin padat dan kebutuhan tenaga kerja ikut berubah, keuntungan lulusan bidang ini tidak sebesar dulu.
  2. Ilmu Komputer: Masih menjanjikan di awal karier, tapi perkembangan teknologi yang sangat cepat membuat lulusan harus terus memperbarui skill agar tidak tertinggal.
  3. Teknik Mesin: Terpengaruh otomasi dan manufaktur luar negeri yang membuat beberapa pekerjaan teknisi berkurang.
  4. Akuntansi: Otomasi dan AI mulai mengambil alih banyak tugas rutin sehingga pertumbuhan karier jangka panjang melambat.
  5. Biokimia: Bidang yang cukup sempit dan aplikasinya di dunia kerja tidak sebanyak jurusan STEM lain.
  6. Psikologi (S1): Jalur karier yang jelas biasanya membutuhkan studi lanjutan seperti S2 atau sertifikasi profesional.
  7. Sastra & Humaniora: Penurunan peminat mencerminkan ketidakpastian prospek kerja di bidang ini.
  8. Sosiologi & Ilmu Sosial: Mirip dengan humaniora, keterkaitannya dengan pekerjaan langsung lebih terbatas.
  9. Sejarah: Pendapatan di pertengahan karier cenderung lebih rendah dibanding banyak bidang lain.
  10. Filsafat: Kemampuan berpikir kritis sangat dihargai, tapi tidak selalu mudah diterjemahkan ke pekerjaan yang spesifik.

Jurusan yang direkomendasikan

Riset Harvard dan proyeksi pasar kerja menunjukkan bahwa dunia kerja saat ini membutuhkan skill hybrid yang mengombinasikan keterampilan teknis serta kreativitas dan kecerdasan sosial.

Dalam laporan Student Choice 2025, jurusan kuliah dengan keuntungan tinggi mencakup teknik, ilmu komputer, dan keperawatan, sementara bidang kreatif yang dilengkapi dengan kecerdasan emosional dan pemikiran kritis tetap bernilai.

Temuan Harvard ini pun menyoroti adanya perubahan lanskap nilai pendidikan tinggi.

Baca Juga: Belajar di Era AI, Siapkah Generasi Muda Bersaing Dengan Mesin?

Gelar-gelar lama yang dulu dianggap aman kini membutuhkan keahlian tambahan dan kemampuan beradaptasi demi mempertahankan keunggulan karier.

Bagi mahasiswa yang sedang menentukan pilihan, berinvestasi pada program interdisipliner yang ditingkatkan teknologi dan relevan secara sosial akan meningkatkan peluang pekerjaan berkelanjutan dan pertumbuhan karier.

Riset Harvard pun mendorong pendidikan yang mengantisipasi perubahan, menekankan pembelajaran berkelanjutan, dan mengintegrasikan keterampilan teknis serta berpusat pada manusia.

Exit mobile version