TopCareer.id – Mencari kerja itu tidaklah mudah, sehingga banyak orang yang pasti merasa lelah atau burnout saat melakukannya.
Perasaan lelah saat mencari kerja terjadi karena seringnya penolakan, tidak mendapat kabar sama sekali, atau menghadapi persaingan ketat di pasar kerja.
Job search fatigue sendiri bukan cuma perasaan lelah saat melamar kerja. Kondisi ini biasanya berupa kombinasi gejala fisik dan emosional yang mirip dengan burnout.
Meski ada kondisi lain yang punya gejala serupa, kamu perlu curiga jika gejala kelelahan yang intens muncul saat mencari kerja, apalagi dalam jangka waktu yang panjang.
Menurut Ashley Sigmon, Careers and Employability Officer di Gisma University of Applied Sciences, Potsdam, Jerman menyarankanmu tanyakan beberapa hal ini ke dirimu sendiri untuk melihat apakah kamu burnout saat cari kerja:
- Apakah kamu stres berkepanjangan karena menganggur?
- Apakah kamu tiba-tiba kehilangan motivasi, seolah tidak bisa menyelesaikan apa pun meski punya banyak waktu?
- Apakah kamu mulai tidak serius mencari kerja, mengirim banyak lamaran seadanya hasil ChatGPT karena merasa “pada akhirnya akan ditolak juga”?
“Jika kamu mengalami kelelahan dalam mencari kerja, lebih baik mengambil langkah kecil ke arah yang benar daripada memaksa diri mencapai ekspektasi yang tidak realistis,” kata Sigmon.
Tips Atasi Burnout Saat Mencari Kerja
Untuk itu, dilansir Indeed, ditulis Senin (1/12/2025), ada beberapa tips dalam mengatasi burnout saat mencari kerja:
- Akui perasaanmu dan beri kelonggaran
Situasi pasar kerja di banyak negara saat ini sedang tidak mudah. Rekrutmen melambat, lowongan magang berkurang, bahkan profesional berpengalaman pun ikut bersaing pada posisi yang lebih rendah.
Karena itu, mulailah dengan mengakui perasaanmu, memberi diri ruang untuk bernapas, dan bersikap realistis tentang betapa sulitnya mencari kerja saat ini.
Pelajari juga tren pasar kerja untuk memahami situasi rekrutmen, sehingga kamu tahu alasan kenapa pasar kerja sekarang mungkin lebih lama dari biasanya.
Dengan memahami konteks dari data pasar kerja, kamu bisa lebih siap menghadapi tantangan dan burnout selama prosesnya.
Baca Juga: 4 Tips Mencari Kerja untuk Orang Introvert
- Beristirahatlah
“Menghabiskan waktu berjam-jam menjelajahi situs lowongan tanpa tujuan, mengirim lamaran generik, menyalahkan diri sendiri saat ditolak, semua itu menguras energi dan dapat menyakitimu,” kata Sigmon.
Ambillah jeda jika kamu merasa stres atau cemas, dan sisihkan waktu untuk hal lain seperti keluarga atau komunitas.
Merevisi CV, melamar puluhan pekerjaan, menghubungi banyak perekrut, mengikuti berbagai kegiatan networking, semua terasa monoton dan melelahkan.
“Sering kali orang merasa kalau tidak bisa melakukan semuanya sekaligus, mereka lalu menyerah dan berhenti, atau malah melamar asal-asalan,” kata Sigmon.
Jika kamu sudah sampai pada titik itu, kurangi bebanmu. Cobalah mengurangi lamaran yang diajukan untuk pekan ini, serta sesuakan dengan kemampuanmu.
- Bangun komunitas yang mendukung
Menurut Sigmon, minimnya dukungan sosial bisa menjadi tantangan ketika pencari kerja merasa burnout.
Meski kamu tidak bisa mengendalikan proses lamaran kerja yang rumit atau di-ghosting, kamu bisa mengelilingi diri dengan orang-orang positif yang mendukung pencarian kerjamu.
Bangun komunitas dengan beberapa teman yang suportif, serta setidaknya satu rekruter, mentor, atau career coach.
Baca Juga: 7 dari 10 Orang RI Mau Pindah Kerja pada 2025, tapi Kerap Di-Ghosting Perekrut
- Atur stres soal keuangan
Kekhawatiran soal penghasilan jadi penyebab utama job search fatigue. Namun, terlalu cemas bisa memperburuk kesehatan mental dan memperlambat pencarian kerja.
“Tidak peduli seberapa darurat kondisimu, mengalami burnout berat bisa memicu masalah kesehatan jangka panjang seperti depresi, kecemasan, atau penyalahgunaan zat,” kata Sigmon.
Ia menambahkan, masalah-masalah itu juga dapat mengurangi peluangmu mendapatkan pekerjaan, sehingga memaksakan diri justru merugikan.
Karena itu, pertimbangkan beberapa langkah ini:
- Kelola anggaran: hentikan langganan yang tidak perlu, atur cicilan, aktifkan notifikasi pengeluaran.
- Cari bantuan: manfaatkan program dukungan pemerintah terkait pangan, kesehatan, atau bantuan lain jika penghasilanmu menurun.
- Pertimbangkan kerja paruh waktu atau freelance: pilih yang bisa menambah pemasukan dan keterampilan tanpa membuatmu makin kelelahan. Kalau malah menguras energi, evaluasi lagi rencananya.
- Berhenti Membandingkan Diri
Melihat teman mendapat pekerjaan baru kadang memicu perasaan bersalah atau minder.
Coba gunakan kabar baik orang lain sebagai motivasi, bukan perbandingan negatif. Fokus pada keahlian unik yang kamu punya dan bagaimana itu bisa ditawarkan kepada perusahaan.
Ingatlah bahwa setiap orang punya waktu dan jalannya masing-masing.
Selama kamu terus melangkah sedikit demi sedikit, kamu akan memiliki kekuatan fisik, mental, dan emosional untuk menghadapi burnout dan meneruskan pencarian kerjamu.













