Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Tren

Orang Indonesia Makin Putus Asa Cari Kerja

Ilustrasi pengangguran di kota besar. (Gambar dibuat dengan AI ChatGPT)

TopCareer.id – Makin banyak masyarakat Indonesia yang putus asa atau menyerah cari kerja.

Hal ini seperti diungkap dalam laporan yang dirilis Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).

Dalam laporan tersebut, terdapat lonjakan jumlah penduduk yang tidak bekerja dan tidak mencari kerja karena putus asa dari sekitar 1,68 juta orang pada Februari 2024 menjadi sekitar 1,87 juta orang pada Februari 2025, atau naik sekitar 11 persen.

Secara proporsi terhadap total penduduk usia kerja, kelompok ini memang masih kecil.

Namun, dalam kerangka International Labour Organization (ILO), discouraged workers adalah bagian dari labour underutilization, yaitu kelompok yang ingin bekerja tetapi tidak terserap karena berbagai hambatan yang tidak selalu tercermin dalam angka pengangguran terbuka.

Baca Juga: Tips Mengatasi Burnout Saat Mencari Kerja

Menurut LPEM FEB UI, lonjakan belasan persen dalam setahun menunjukkan adanya segmen penduduk yang bergeser dari “mencari kerja” menjadi “menyerah”, yang berarti kehilangan kepercayaan terhadap peluang pasar kerja yang tersedia.

Pola semacam ini tak cuma terjadi di Indonesia. Menurut ILO, di banyak negara berpendapatan menengah, discouraged workers menjadi komponen penting dari labour underutilisation.

Ini karena mereka dikelompokkan sebagai penduduk tidak aktif meski sebenarnya masih ingin bekerja dan tersedia untuk bekerja.

“Peningkatan kelompok putus asa di Indonesia selaras dengan temuan regional bahwa tekanan struktural di pasar kerja sering muncul terlebih dahulu dalam bentuk meningkatnya inaktivitas yang tidak sukarela, bukan hanya dalam angka pengangguran terbuka,” tulis laporan tersebut.

Baca Juga: Job Hugging, Kala Pekerja Ogah Resign Karena Takut Susah Dapat Kerja Baru

LPEM FEB UI pun menegaskan, melonjaknya warga yang putus asa cari kerja ini merupakan pertanda dari gejala tekanan struktural di pasar kerja, bukan sekadar fluktuasi statistik.

“Ia menunjukkan bahwa bagi sebagian orang, hambatan mencari kerja tidak hanya berupa kekurangan lowongan, tetapi juga ketidakcocokan keterampilan, rendahnya kualitas pekerjaan yang tersedia, serta persepsi diskriminasi usia atau karakteristik lain,” tulis mereka.

Sementara dari sudut pandang kebijakan, adanya fenomena ini menunjukkan titik-titik di mana sistem pendidikan, pelatihan, dan layanan ketenagakerjaan gagal memberikan “jalur masuk” yang kredibel ke pasar kerja.

“Jika dibiarkan, discouragement yang tumbuh pelan pelan ini berisiko memperlebar kesenjangan antara mereka yang mampu memanfaatkan peluang ekonomi baru dan mereka yang merasa pasar kerja bukan lagi ruang yang layak dicoba,” tulis laporan itu.

Leave a Reply