TopCareerID

Pendiri Tak Kompak Bisa Bikin Startup Gagal di 2 Tahun Pertama

Gambar oleh Tumisu dari Pixabay

Ilustrasi kerja di startup. (Gambar oleh Tumisu dari Pixabay)

TopCareer.id – Retaknya hubungan para pendiri atau founder bisa jadi salah satu alasan terbesar startup atau perusahaan rintisan gagal di awal-awal tahun pertama.

Menurut Reece Chowdhry, founding partner Concept Ventures, banyak tim awal pecah dalam dua tahun pertama karena para co-founder saling berbenturan atau tidak punya visi yang sama.

Chowdhry menyebut bahwa mereka berinvestasi berdasarkan kepribadian dan karakter para founder, bahkan sebelum mereka memiliki produk.

Menurutnya, ada empat sampai lima karakter kunci yang dia cari dalam sebuah startup, sebelum memutuskan untuk benar-benar mendukungnya.

“Sekitar 80 persen dari keputusan kami didasarkan pada pendiri, dan kami biasanya menjadi investor pertama di setiap perusahaan yang kami dukung,” kata Chowdhry seperti dilansir CNBC Make It, ditulis Kamis (4/12/2025).

“Alasan nomor satu perusahaan biasanya gagal dalam 18 hingga 24 bulan pertama adalah karena para founder saling berselisih, tidak akur, atau tidak punya keselarasan visi dan tujuan. Itulah hal yang kami anggap sangat penting,” imbuhnya.

Baca Juga: 8 Startup Indonesia Masuk Forbes Asia 100 to Watch 2025, Ini Daftarnya

Dalam pertemuan awal dengan para pendiri startup, Chowdhry menekankan bahwa chemistry antar co-founder adalah salah satu karakteristik utama yang dia cari.

“Salah satu hal yang benar-benar kami tekuni adalah: Seberapa baik kalian saling mengenal? Apakah kalian pernah melewati sesuatu yang bermakna dalam hidup bersama?” ujarnya.

“Jika saya mewawancarai kalian secara terpisah, apakah jawabannya akan cocok? Apa kekuatan orang itu? Apa kelemahannya? Dan apakah kalian benar-benar saling mengenal satu sama lain secara mendalam?” Chowdhry menambahkan.

Karakter inti lain yang dicari pada para pendiri meliputi obsesi terhadap bidang atau industri tertentu, kegigihan dan daya juang, growth mindset, serta bukti keunggulan luar biasa dalam suatu bidang di luar pekerjaan.

Concept Ventures merupakan salah satu pendukung awal perusahaan voice AI Eleven Labs, yang didirikan pada 2022 oleh Mati Staniszewski dan Piotr Dąbkowski.

Baca Juga: Pakar LinkedIn Beri 3 Tips Biar Dapat Kerja di Startup Top

Chowdhry mengatakan dua karakter utama yang menonjol dari para co-founder Eleven Labs itulah yang meyakinkannya untuk berinvestasi.

Menurutnya, dua hal yang benar-benar menonjol adalah obsesi mendalam pada domain tersebut. Mereka memikirkan masalah itu dalam jangka waktu lama, serta dinamika tim mereka.

“Mereka seperti teman masa kecil. Mereka sangat mengenal satu sama lain dan saling melengkapi dengan sangat baik,” kata Chowdhry.

Co-founder Y Combinator sekaligus pakar startup, Paul Graham, memberikan nasihat serupa dalam blognya.

Ia mengingatkan bahwa founder tunggal menghadapi tantangan yang lebih berat, dan menekankan bahwa sebagian besar startup sukses memiliki setidaknya dua hingga tiga founder.

Baca Juga: LinkedIn Ungkap Top 10 Startup di Indonesia 2024

Dalam salah satu tulisannya, Graham menyebutkan bahwa startup dengan satu founder adalah “tanda tidak percaya diri” karena menunjukkan bahwa ia bahkan tidak bisa meyakinkan teman untuk bergabung.

Namun, kegagalan tetap mungkin terjadi meski sebuah perusahaan rintisan memiliki banyak pendiri.

Graham menegaskan bahwa hubungan antara para founder harus kuat. Mereka harus benar-benar saling menyukai dan bisa bekerja sama dengan baik.

“Startup akan memperlakukan hubungan itu seperti anjing memperlakukan kaus kaki: jika bisa ditarik hingga terlepas, maka itu akan terjadi,” tulisnya.

Chowdhry menambahkan, keputusan investasinya pada startup tahap awal melibatkan penilaian terhadap “paket lengkap”, bukan cuma dari satu pendiri saja.

“Itu harus menjadi sebuah paket, dan saya pikir banyak VC hanya fokus bertemu CEO dan memberi sorotan besar kepadanya, meskipun 50 persen bisnis biasanya berada pada dua atau tiga orang pendiri,” kata Chowhdry.

Exit mobile version