TopCareer.id – Generasi X jadi generasi yang paling putus asa dalam mencari kerja di Indonesia.
Hal ini seperti diungkap dalam laporan terbaru Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).
Dalam laporan tersebut, tercatat bahwa Generasi X dan kelompok yang lebih tua menjadi penyumbang terbesar masyarakat yang paling putus asa dalam mencari kerja, dengan sekitar 38 persen.
“Kelompok ini berada pada rentang usia yang secara umum dianggap matang secara karier, tetapi justru menghadapi hambatan yang membuat mereka berhenti mencari pekerjaan,” tulis laporan itu, dikutip Kamis (4/12/2025).
Para peneliti menulis, dalam banyak kajian, pekerja usia menengah sering mengalami tekanan yang berbeda dari generasi yang lebih muda.
Mereka menghadapi tantangan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi, stereotipe usia dalam proses rekrutmen, serta persaingan dengan pekerja yang lebih muda dan dianggap lebih mudah dilatih.
Baca Juga: Tips Mengatasi Burnout Saat Mencari Kerja
ILO dan OECD mencatat bahwa diskriminasi usia yang tidak diakui secara formal sering menjadi alasan mengapa pekerja usia menengah menyerah lebih cepat setelah serangkaian kegagalan seleksi.
“Dalam konteks Indonesia, hal ini selaras dengan tingginya tuntutan keterampilan digital dalam pekerjaan baru yang belum sepenuhnya dapat diakses oleh kelompok usia di atas empat puluh tahun,” tulis laporan tersebut.
Sementara, Generasi Milenial menempati sekitar 25 persen dari total kelompok putus asa.
Menurut peneliti, banyak studi menunjukkan Milenial di negara berkembang memiliki ekspektasi pekerjaan yang lebih tinggi terkait keamanan kerja, fleksibilitas, dan jalur karier.
Ketika pasar kerja tidak dapat memberikan struktur yang sesuai dengan ekspektasi tersebut, sebagian dari mereka memilih berhenti mencari pekerjaan formal dan beralih ke aktivitas lain yang dianggap lebih realistis.
“Diskursus publik kadang menggambarkan Milenial sebagai generasi yang mudah kehilangan motivasi, namun data seperti ini menunjukkan bahwa discouragement mereka lebih berkaitan dengan struktur pasar kerja yang belum mampu menyediakan kepastian dan progres karier yang mereka harapkan.
Untuk Gen Z berada di sekitar 24 persen dari total. Angka ini relatif besar mengingat mereka adalah kelompok yang baru memasuki pasar kerja.
Baca Juga: Makin Susah Cari Kerja, Tagar Desperate Viral di LinkedIn
Riset ini menulis, Gen Z memang mendapatkan stereotip sebagai kelompok yang adaptif, melek teknologi, dan fleksibel, namun realitas pasar kerja kerap berbeda dengan anggapan itu.
“Keterampilan digital dasar memang dimiliki oleh banyak anggota Generasi Z, tetapi keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja modern mencakup lebih dari itu,” tulis LPEM FEB UI.
Menurut laporan ini, perusahaan mengutamakan pengalaman kerja, portofolio kompetensi, serta kemampuan memecahkan masalah yang belum tentu dimiliki pencari kerja muda yang baru lulus.
Bank Dunia mencatat,transisi sekolah ke pekerjaan di Indonesia masih penuh friksi, terutama bagi lulusan baru yang tidak mendapat dukungan karier atau akses jaringan kerja.
“Dalam kondisi seperti ini, discouragement muncul ketika Generasi Z merasa pintu masuk ke pekerjaan formal terlalu sempit,” tulis laporan itu.
Di sini bisa disimpulkan bahwa Generasi X menghadapi tantangan penyesuaian, Milenial menghadapi mismatch antara aspirasi dan realitas pekerjaan, sementara Gen Z berhadapan dengan pintu masuk pasar kerja yang semakin tinggi kompetensinya.
“Tiga pola berbeda ini menunjukkan bahwa kebijakan ketenagakerjaan perlu memperhatikan kebutuhan dan hambatan antar generasi agar tidak ada kelompok usia produktif yang merasa tertinggal dan memilih untuk menyerah,” tulis laporan itu.
Menurut laporan tersebut, terdapat lonjakan jumlah penduduk yang tidak bekerja dan tidak mencari kerja karena putus asa dari sekitar 1,68 juta orang pada Februari 2024 menjadi sekitar 1,87 juta orang pada Februari 2025, atau naik sekitar 11 persen.













