TopCareer.id – Sekitar 45 ribu lulusan Sarjana dan lebih dari enam ribu lulusan S2 tercatat putus asa dalam mencari kerja.
Hal ini diungkap dalam laporan terbaru Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) bertajuk Membaca Sinyal Putus Asa di Pasar Kerja Indonesia.
Dalam laporannya, per Februari 2025 tercatat bahwa lebih dari separuh kelompok putus asa berasal dari penduduk dengan pendidikan SD atau tidak tamat SD (50,07 persen)
“Angka ini menandakan bahwa hambatan struktural yang dialami kelompok berpendidikan rendah jauh lebih dalam daripada sekadar kurangnya lowongan,” tulis laporan tersebut.
Menurut para peneliti, mereka menghadapi kombinasi keterbatasan kemampuan dasar, akses yang lebih kecil terhadap informasi pasar kerja, dan peluang mobilitas naik yang sangat terbatas.
Temuan tersebut dinilai sejalan dengan pola berulang di berbagai negara berkembang.
International Labour Organization (ILO) dan Bank Dunia mencatat, kelompok berpendidikan rendah adalah yang paling mudah tersingkir ketika struktur pekerjaan bergeser menuju kebutuhan keterampilan yang lebih kompleks.
Baca Juga: Orang Indonesia Makin Putus Asa Cari Kerja
Sementara, kontribusi lulusan SMP dan SMA masing-masing mencapai sekitar 20 persen dan 17 persen.
Menurut para penulis studi, ini menunjukkan tantangan keterampilan tak cuma pada mereka yang berpendidikan paling rendah.
Mereka yang berpendidikan menengah pun masih sulit memenuhi tuntutan pasar kerja yang mengutamakan literasi digital dasar, kemampuan komunikasi, dan pengalaman kerja yang relevan.
Banyak pekerjaan formal yang memerlukan kompetensi yang tidak secara otomatis diperoleh di sekolah menengah.
Ini pun membuat lulusan kelompok berpendidikan menengah berisiko merasa tidak kompetitif ketika menghadapi proses rekrutmen yang semakin ketat.
LPEM FEB UI juga mencatat ada 8 persen lulusan SMK yang menyerah dalam mencari kerja.
Padahal, SMK sebenarnya dirancang untuk melahirkan tenaga kerja yang siap masuk industri. Temuan ini pun menunjukkan adanya kesenjangan antara kurikulum vokasional dan kebutuhan nyata tempat kerja.
Lembaga internasional seperti Asian Development Bank sering menekankan sistem vokasional yang tidak diperbarui secara berkala cenderung gagal menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang relevan.
Pada akhirnya, hal tersebut menurunkan kepercayaan diri mereka dalam mencari pekerjaan.
Baca Juga: Generasi X Paling Putus Asa Mencari Kerja di Indonesia
Lulusan pendidikan tinggi memang hanya menyumbang porsi kecil. Terdapat sekitar 45 ribu lulusan S1 dan lebih dari enam ribu lulusan pascasarjana yang masuk kategori putus asa mencari kerja.
Meski begitu, para penulis studi menegaskan temuan ini juga perlu diperhatikan.
Kelompok ini biasanya menghadapi hambatan yang berbeda, misalnya harapan upah yang tidak terpenuhi dan mismatch antara bidang studi dan peluang kerja.
Hambatan lain adalah persepsi diskriminasi usia bagi lulusan yang baru memasuki pasar kerja di usia yang lebih matang.
“Fenomena ini menunjukkan bahwa keputusasaan bukan monopoli kelompok berpendidikan rendah, melainkan dapat timbul ketika janji mobilitas naik dari pendidikan tinggi tidak terwujud,” tulis laporan tersebut.
