Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Thursday, November 21, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Program Makan Siang Bergizi Harus Hindari Menu Pangan Instan

Sesi diskusi “Di Balik Dapur Makan Siang Bergizi: Dari Ladang Hingga ke Piring” di rangkaian acara IDEAFEST 2024 pada hari Sabtu (28/9) di JCC Senayan, Jakarta. (Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan)

TopCareer.id – Pemerintahan baru di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto didorong untuk menghindari menu pangan instan, dalam Program Makan Siang Bergizi yang sedang direncanakan.

Inisiator Nusantara Food Biodiversity, Ahmad Arif mengatakan, Indonesia sebenarnya memiliki sumber pangan dan makanan yang beragam, dengan cara tumbuh yang berbeda-beda.

“Secara kultural dan historis, pangan di Indonesia itu beragam sekali,” kata Arif dalam acara yang sama.

Namun, ia mengatakan masyarakat di berbagai penjuru Nusantara dipaksa untuk mengonsumsi pangan seragam. Karena itu, ketergantungan daerah terhadap satu komoditas pangan juga sangat tinggi.

“Semakin jauh dari pusat sentral, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat daerah. Prinsip desentralisasi mendorong pemulihan pangan berdasarkan kondisi yang berbeda-beda di setiap daerah,” kata Arif.

“Jika daerah tersebut kaya dengan pangan ikan, masyarakatnya jangan dipaksakan untuk konsumsi daging ayam,” imbuhnya.

Baca Juga: Tips Gaya Hidup Sehat untuk Tubuh Ideal

Arif pun mengatakan, Program Makan Siang Bergizi yang akan dilakukan pemerintahan baru harus menghindari tren sentralisasi pangan dalam wujud menu instan.

“Desentralisasi menu yang bersumber pada pangan hasil olahan petani lokal dapat menjadi jawaban dalam upaya Negara untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daerah,” ujarnya.

Menghindari pangan instan ini, Arif mengatakan salah satu cara untuk mendukung pemberdayaan masyarakat daerah adalah dengan mengalokasikan anggaran pemerintah daerah, untuk menyerap lokal.

“Seperti di Brasil yang menggunakan 30 persen anggarannya untuk membeli pangan dari petani lokal,” imbuhnya, dalam diskusi pada Sabtu (28/9/2024) di Ideafest 2024 di JCC Senayan, Jakarta.

Baca Juga: Cek Nih, 7 Ide Bisnis untuk Kamu yang Doyan Makan

Stephanie Cindy Wangko, pegiat sosial Papua Selatan dan Program Manager Yayasan Dahetok Milah Lestari Papua Selatan mengatakan, pangan lokal tidak hanya bisa jadi sumber gizi yang baik.

Ia mengatakan, pangan lokal juga punya potensi ekonomi melalui produk olahan seperti sagu sep, abon gastor, minyak albumin, kacang mete, dan keripik pisang.

Ke depan, dia berharap masyarakat lokal akan lebih dilibatkan dalam menyediakan dan mengolah makanan bergizi, dan berkolaborasi bersama organisasi masyarakat sipil untuk memberdayakan potensi sumber daya alam di kampung.

Berubahnya Pola Konsumsi Suku Marind Anim

Cindy juga menyoroti bagaimana perubahan konsumsi pada komunitas Suku Marind Anim di Kabupaten Merauke, Papua Selatan.

Awalnya, masyarakat di sana menggantungkan hidup sepenuhnya kepada alam, serta memenuhi kebutuhan keseharian dengan meramu, berburu, dan menangkap iklan memakai peralatan tradisional.

Flora dan fauna berperan penting dalam kosmologi Suku Marind Anim, dengan makanan pokok seperti sagu, pisang, dan ubi-ubian sebagai sumber karbohidrat, serta daging hewan dan ikan jadi sumber protein.

“Namun, sejak bersentuhan dengan orang luar dan program transmigrasi, orang Marind Anim perlahan berpindah dari sagu ke beras, mengubah pola konsumsi mereka dan merusak habitat pangan lokal,” kata Cindy.

“Padahal, dahulu mereka dijuluki raksasa dari Papua Selatan karena konsumsi pangan lokal yang membuat anatomi tubuh mereka sangat kekar dengan tinggi badan rata-rata di 1,75 hingga 2 meter,” imbuhnya.

Perkuat Sistem Pangan dengan Dua Hal

Said Abdullah, Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) sekaligus mitra Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL) menambahkan, Indonesia sebenarnya bisa menjadi negara yang berdaulat pangan.

“Selama semua pihak mau berkomitmen dan mau mewujudkannya,” kata Said dalam kegiatan yang sama.

Menurutnya, Indonesia punya prasyarat untuk mencapainya, seperti ada produsen pangan skala kecil yang terus berproduksi, serta sumber daya pangan yang melimpah dan beragam.

“Satu saja yang belum ada, yaitu kesungguhan, komitmen dan kolaborasi yang kuat untuk menjadikan negeri ini berdaulat,” kata Said.

Ia menambahkan, dalam konteks negara kepulauan, kedaulatan pangan bisa terwujud dengan memperkuat sistem pangan berdasarkan dua hal: diversity dan locality.

“Kita punya dua hal ini dan sayangnya kita sekarang mengingkari bahkan membunuhnya. Jadi tidak heran jika kemudian sistem pangan kita masih jauh dari tangguh, daulat pangan makin mengawang,” ujarnya.

Dengan mengedepankan diversifikasi dan pelestarian pangan lokal, para pemangku kepentingan tidak hanya menjaga kesehatan masyarakat.

Namun, mereka juga membangun ekonomi yang berkelanjutan, demi merealisasikan masa depan yang lebih sehat dan sejahtera bagi generasi mendatang.

Leave a Reply