TopCareer.id – Keterampilan atau skill teknologi dan manusia diprediksi menjadi fondasi utama di era pasar tenaga kerja yang terus berubah.
Laporan World Economic Forum (WEF) bertajuk Future of Jobs Report 2025 menyebut, keterampilan di bidang kecerdasan buatan (AI), big data, dan keamanan siber akan mengalami lonjakan permintaan.
Di saat yang sama, keterampilan manusia seperti berpikir kreatif, ketahanan, fleksibilitas, dan kelincahan akan tetap sangat dibutuhkan.
Dalam laporannya, WEF memperkirakan 170 juta pekerjaan baru akan tercipta, sementara 92 juta pekerjaan akan tergantikan atau hilang akibat disrupsi teknologi dan perubahan pasar, di 2030.
Baca Juga: Era AI, 97% Perusahaan Indonesia Berencana Tingkatkan Skill Karyawan
Kemajuan teknologi, perubahan demografi, ketegangan geoekonomi, serta tekanan ekonomi disebut sebagai faktor utama yang mempercepat perubahan tersebut.
Berbagai sektor dan profesi di seluruh dunia akan terpengaruh secara signifikan.
Survei terhadap 1.000 perusahaan mengungkapkan bahwa kesenjangan keterampilan merupakan tantangan utama dalam menghadapi transformasi bisnis.
Kesenjangan skill ini terus menjadi hambatan paling signifikan dalam transformasi bisnis akibat tren global.
63 persen pemberi kerja menganggap hal ini sebagai masalah besar, dalam mempersiapkan bisnisnya menghadapi masa depan.
Baca Juga: Profesional Sulit Belajar Skill Baru, ‘Loud Learning’ Jadi Solusi Penting
Mengutip laman WEF, Senin (13/1/2025), jika tenaga kerja di dunia diwakili 100 orang, diperkirakan 59 orang akan butuh pelatihan ulang atau peningkatan keterampilan sebelum 2030.
Namun, itu juga berarti 11 orang dari mereka tidak akan mendapatkannya, atau lebih dari 120 juta pekerja berisiko kehilangan pekerjaan dalam beberapa tahun ke depan.
Menurut Future of Jobs Report 2025 WEF, berikut 10 skill atau keterampilan yang paling berkembang pesat di 2030:
- AI dan big data
- Jaringan dan keamanan siber
- Literasi teknologi
- Pemikiran kreatif
- Ketahanan, fleksibilitas, dan ketangkasan
- Rasa ingin tahu dan pembelajaran berkelanjutan
- Kepemimpinan dan pengaruh sosial
- Manajemen talenta
- Pemikiran analitis
- Pengelolaan lingkungan
Menurut WEF, AI sedang membentuk ulang model bisnis, dengan setengah dari pengusaha di dunia berencana mengubah orientasi bisnisnya, demi peluang baru yang muncul dari teknologi ini.
Respons paling umum dari tenaga kerja terhadap perubahan ini adalah diharapkannya peningkatan keterampilan, dengan 77 persen pengusaha berencana melakukannya.
Namun, 41 persen pengusaha berencana mengurangi tenaga kerja mereka, karena AI mengotomatiskan tugas-tugas tertentu.
Baca Juga: Fresh Graduate, Ini Skill Paling Dicari 2024
Hampir setengah dari pengusaha berharap dapat mentransisikan staf yang terpengaruh oleh disrupsi AI ke peran lain dalam bisnis mereka.
Hal ini sebagai peluang untuk mengatasi kekurangan keterampilan, sekaligus mengurangi biaya tenaga kerja akibat transformasi teknologi.
Mengingat pesatnya pertumbuhan teknologi baru, para pimpinan bisnis, pembuat kebijakan, dan pekerja perlu bekerja sama memastikan tenaga kerja siap, sekaligus mengurangi risiko pengangguran di seluruh sektor dan geografi.
