Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Tren

Tren Tagar Kabur Aja Dulu, Pemerintah Harus Terbuka pada Kritik

Ilustrasi demo. Sumber foto: freepik.com

TopCareer.id – Tagar Kabur Aja Dulu atau #KaburAjaDulu dinilai sebagai bentuk dari gerakan yang muncul di era perkembangan masyarakat digital.

Untuk itu, pemerintah pun harus lebih terbuka terhadap kritik masyarakat dan segera melakukan perbaikan.

“Wacana tagar Kabur Aja Dulu merupakan gerakan yang memang muncul di era perkembangan digital,” kata Bagong Suyanto, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair).

Bagong mengatakan, warganet memanfaatkan media sosial untuk membangun kesadaran masyarakat untuk mau peduli pada isu-isu politik maupun ekonomi.

“Jadi, memang gerakan itu tidak selalu dalam bentuk aksi di jalanan karena dampak dan gaungnya seringkali lebih besar dalam bentuk ajakan-ajakan di ruang publik,” ujarnya, mengutip laman resmi Unair, Senin (3/1/2025),

Ia menjelaskan, tren ini banyak dikaitkan dengan ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia.

Baca Juga: Tren Kabur Aja Dulu, SDM Terampil Dikhawatirkan Tak Balik ke Indonesia

Bagong mengatakan, setiap gerakan pasti memiliki latar belakang yang kuat. Biasanya berupa kekecewaan terhadap kinerja pemerintah, tindakan aparat, atau penyimpangan kekuasaan.

Dia menilai, masyarakat saat ini sedang menantikan kontinuitas dari pemerintah Prabowo dalam seratus hari pertamanya.

Berbagai kebijakan pun disorot seperti program makan siang gratis yang dianggap membutuhkan dana besar, sementara di beberapa sektor lain terjadi efisensi anggaran.

Bagong mengatakan, selama ini fokus pemerintah terlihat pada program makan siang gratis, sementara publik menilai ada yang tidak konsisten.

“Misalnya ketika makan siang gratis diperjuangkan habis-habisan membutuhkan dana yang besar,” kata Bagong.

“Tujuannya supaya memastikan kualitas hidup generasi muda sekarang. Tapi di saat yang sama ada ketidakjelasan soal tawaran beasiswa dan efisiensi anggaran yang kemudian memunculkan inkonsistensi dalam sikap pemerintah,” imbuhnya.

Tidak jelasnya transparansi anggaran memunculkan spekulasi di masyarakat bahwa kondisi keuangan negara sedang bermasalah. Menurut Bagong, ini juga terlihat dengan kebijakan pajak yang lebih besar.

Baca Juga: Tren #KaburAjaDulu Bukan Berarti Tak Nasionalis

Di saat yang sama, terdapat indikasi keuangan negara tidak dalam kondisi baik. Menurut Bagong, masyarakat pun berhak tahu bagaimana dana tersebut digunakan.

“Publik berharap ada transparansi, alasan efisiensi harusnya ada kejelasan akan dipergunakan untuk apa. Sebagian masyarakat ini membaca ada indikasi masalah pada keuangan negara,” ujarnya.

Ia pun menyebut, kesimpulan tersebutlah yang membuat masyarakat lebih memilih mencari kehidupan, pekerjaan, dan masa depan di luar negeri.

Bagong mengingatkan bahwa kondisi di luar negeri pun tidak mudah. Karena itu, tren ini harusnya tidak dilihat sebagai dorongan untuk benar-benar meninggalkan Indonesia, melainkan sebagai kritik dan masukan bagi pemerintah.

Pemerintah pun diminta lebih terbuka terhadap kritik publik dan segera mengambil langkah perbaikan.

“Misalnya dengan melakukan reshuffle kabinet karena memang keprihatinan itu jadi bagian dari pemerintahan yang tidak berjalan dengan baik. Ini kan kegundahan, wacana, dan diskursus,” kata Bagong.

Selain itu, dibutuhkan komunikasi yang lebih baik dengan masyarakat, melalui counter-diskursus yang mampu menenangkan kegelisahan publik.

Leave a Reply