Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Friday, November 22, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Stres Hingga Bunuh Diri, Begini Tekanan Para Idol K-Pop di Korsel

Ilustrasi. Sumber foto: Live Design OnlineIlustrasi. Sumber foto: Live Design Online

Topcareer.id – Warna-warni gemerlap pertunjukan dan gaya hidup yang wah, tak lantas membuat para idol Korean Pop (K-pop) luput dari tekanan hidup.

Mereka harus berhadapan dengan tuntutan wajah menawan, pelatihan menyiksa, hingga image yang harus dijaga demi jutaan pasang mata yang selalu mengawasi di setiap geriknya.

Banyaknya pemberitaan mengenai kasus depresi hingga bunuh diri yang dialami para idol, membuat pembahasan mengenai sisi gelap “profesi idol” kembali hangat di masyarakat.

Terkait hal ini, Topcareer.id mencoba merangkum tekanan yang harus dilalui untuk menjadi idol di Korsel.

Sudahkah kamu kantongi wajah yang menawan?

Jago nge-dance saja tak cukup untuk menjadi seorang idol. Menurut siswa Toronto dan calon penyanyi K-pop Steven Chau kepada laman CBC, kamu harus punya tampilan wajah khusus, menawan, yang dicari oleh industri.  

“Aku berpikir bahwa pertama kamu akan masuk jika kamu sangat terampil dan berbakat. Sebagian besar waktu, mereka telah menetapkan karakter yang mereka inginkan dari segi penampilan,” kata penari dan koreografer paruh waktu yang telah menghadiri lebih dari selusin audisi di Kanada dan Korea.

Dari ribuan yang mencoba setiap tahun, hanya segelintir yang biasanya dipilih perusahaan K-pop. Dari sini, pelatihan yang sebenarnya dimulai.

Baca juga: Tragedi Kematian Sulli ex f(x), Kenapa Banyak Idola K-pop Bunuh Diri?

Kamp pelatihan (trainee)

Setelah terikat kontrak, trainee akan menjalani kamp pelatihan K-pop. Mereka berkumpul di asrama, dengan komunikasi yang minim dengan keluarga dan teman. Para trainee kerap dituntut melakukan diet ekstrem dan jadwal pelatihan melelahkan yang dipantau ketat oleh perusahaan manajemen.

“Para peserta pelatihan (yang saya temui) berlatih di studio yang terpisah gender sampai jam 10 atau 11 malam, membuat mereka kehilangan kesempatan untuk bergaul. Bahkan menghabiskan waktu mereka tanpa bertemu siapapun,” kata Lee Jong-im, penulis yang meneliti proses melelahkan menjadi bintang K-pop, seperti dikutip dari laman Kpop Herald.

Ia mengatakan, hal yang sangat sulit adalah menjadi seorang trainee idol yang juga menjalani kehidupan sebagai murid sekolah.

Timbal balik

Meskipun agensi menandatangani peserta pelatihan untuk memberikan pelatihan, nyatanya itu tidak gratis. Menurut Lee, begitu idol muda mulai menghasilkan, mereka harus membayar kembali pengeluaran mereka.

Misalnya, agensi menyimpan kuitansi untuk tiket perjalanan dan makanan. Mereka kemudian membebankan biaya kepada peserta pelatihan untuk hal-hal ini.

Lee menambahkan, ada satu peserta pelatihan yang muncul di “Produce 101” (serial kompetisi untuk pembentukan grup vokal di Korea Selatan). Tatkala menikmati tingkat keberhasilan yang sederhana, ia terpaksa tampil di beberapa acara kecil untuk melunasi “utang” sebelum kontraknya berakhir.

Baca juga: Menimbang Tempat Kursus Bahasa Korea

Stres ketenaran

Beberapa orang mungkin akan bertepuk tangan ketika trainee berhasil lulus dan tergabung menjadi grup K-Pop. Tapi, bagi mereka yang melaluinya, pertempuran masih jauh dari selesai.

Ingat, ada persaingan yang ketat dan membuat para rival K-pop ini berlomba menduduki puncak tangga lagu. Lulusan (trainee) baru yang semakin muda juga memasuki industri setiap tahun.

Menurut kritikus musik yang juga Kolumnis musik K-pop untuk Billboard dan New York Times, Jeff Benjamin, idol yang sudah tenar harus melalui tekanan soal rilis lagu yang dipercepat, jadwal promosi yang bertubi-tubi, serta harus memenuhi harapan interaksi penggemar di setiap kesempatan.

Eunice Chang, manajer produksi untuk E&M Productions mengatakan, ketika masalah muncul, banyak idol merasa bahwa mereka tidak bisa berbicara terkait hal itu.

“Dalam budaya Korea, ketika kamu populer, kamu tidak dapat menunjukkan sisi lemahmu. Orang-orang akan berkata: ‘Oh, kamu memiliki segalanya. Mengapa kamu mengatakan itu (sisi lemah)?’ Mereka sedikit menghakimi,” kata Chang.

Editor: Feby Ferdian

Leave a Reply