Topcareer.id – Covid-19, nama penyakit akibat virus corona baru (novel coronavirus) yang bermula di Wuhan, China, sangat mematikan. Mulai dari terinfeksi sampai paru-paru lumpuh hanya butuh satu minggu. Untuk menyelamatkan pasien Covid-19 yang parah dibutuhkan ventilator demi bertahan hidup. Kenapa demikian?
Untuk pasien Covid-19 yang berusia lanjut atau orang segala usia dengan riwayat penyakit kronis, gejalanya bisa langsung mencolok, langsung drop dan mengalami gagal napas hingga harus ditolong dengan alat bantu, yakni ventilator.
Pasien Covid-19 umumnya mengalami peradangan paru. Akibatnya, alveolus (kantung udara) di paru-paru mereka tak bisa mengembang setelah menghumbaskan napas, sehingga pertukaran udara tak terjadi. Tekanan positif di paru-paru pasien dibutuhkan agar alveolus mengembang sehingga pasien bisa bernapas normal.
Baca juga: Kisah Haru Nenek Pengidap Covid-019, Relakan Nyawa demi Pasien Muda
Ventilator bekerja memasukkan oksigen ke pernapasan pasien dan mengeluarkan karbon dioksida hasil metabolisme tubuh. Kurang oksigen mengakibatkan kerusakan sel, organ, hingga memicu kematian.
Jumlah ventilator di Indonesia
Di Italia dan Amerika tingkat kematian akibat Covid-19 bisa dicegah bila tersedia cukup ventilator. Namun, itu tak terjadi. Karena barang ini memang tak banyak tersedia di rumah sakit, sementara pasien yang membutuhkannya membludak dalam waktu bersamaan. Gubernur New York, AS Andrew Cuomo mengatakan negara bagian yang ia pimpin membutuhkan 40 ribu ventilator.
Bila Indonesia mengalami puncak pandemi corona hingga titik maksimal, ditengarai banyak nyawa yang tak bisa diselamatkan karena kita sangat kekurangan ventilator. Jumlah ventilator di Indonesia per Maret 2020 hanya 8.413 unit yang tersebar di 2.867 rumah sakit (Kompas, 8/4/2020).
Baca juga: Yang Wajib Kamu Miliki selama Masa Pandemi Covid-19
Bayangkan bila penderita Covid-19 di Indonesia mencapai puluhan atau ratusan ribu, berapa nyawa yang akan melayang karena kita tak punya cukup ventilator.
Adakah solusi dari kekurangan ventilator?
Ada ventilator darurat yang tengah dikembangkan anak bangsa. Yayasan Pembina Masjod (YPM) Salman Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (PK Unpad) membuat ventilator darurat VentI.
VentI dirancang sebagai ventilator non-invasif dengan model continous positive air-way pressure (CPAP). Ventilator ini bagi pasien yang sadar dan bisa bernapas spontan, tetapi mengalami gangguan oksigenasi ke tubuh meski belum butuh perawatan intensive care unit (ICU).
VentI masih dalam proses uji di Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan. Targetnya, izin edar alat ini keluar pekan depan. Rencananya, bila sudah disetujui pegiat Masjid Salman, dosen dan mahasiswa ITB dan siswa SMK di Jawa Barat akan memproduksinya dalam 10 hari. * Diolah dari berbagai sumber