Topcareer.id – Betapa parah efek dari wabah virus corona yang kini menghancurkan semua lini bisnis.
Ketika bisnis ingin bangkit kembali dari keterpurukan imbas pandemi, bisnis dinilai harus menunjukkan adanya langkah-langkah keamanan yang memadai.
Hal itu dikatakan oleh Chloe Demrocsky, CEO dari Disaster Recovery, sebuah organisasi nirlaba yang membantu perusahaan memulihkan diri dari bencana.
“Pelanggan akan menuntut tidak hanya asumsi keselamatan, tetapi juga langkah-langkah dan tindakan nyata yang diambil perusahaan atas nama karyawan mereka, dan atas nama pelanggan mereka,” kata Demrovsky pada Rabu (22/4/2020), dikutip dari CNBC.
Demrovsky mengatakan pada “The Exchange” bahwa secara umum, jenis langkah-langkah keselamatan yang diterapkan oleh bisnis akan bervariasi di setiap sektor dan ukuran. Tetapi, semua bisnis harus memiliki rencana.
“Mematikan (menutup) bisnis itu sulit. Mengaktifkannya akan lebih sulit,” ujarnya.
Ia menambakan, kebijakan yang dapat diterapkan oleh bisnis termasuk pemeriksaan suhu di pintu masuk, serta penggalakkan kepatuhan terhadap jarak sosial.
Perubahan mungkin terlihat di restoran. Seperti memasang penghalang Plexiglas dan beralih ke peralatan makan sekali pakai.
“Bahkan di sektor-sektor di mana kita tidak terbiasa melihatnya, kita harus melihat peralatan perlindungan pribadi pada semua karyawan,” kata Demrovsky.
Ia melanjutkan, beberapa toko mungkin mengharuskan pelanggan memakai masker. Toko ritel yang biasanya memiliki sampel atau penguji untuk produk lotion atau makeup, kemungkinan besar harus berhenti melakukannya.
“Mereka tidak akan dapat menawarkan layanan semacam itu kepada orang-orang, kecuali mereka melakukan hal-hal yang dikemas secara individual misalnya,” ujarnya.
Perusahaan yang saat ini ditutup dapat mengambil pelajaran dari bisnis-bisnis penting yang masih beroperasi seperti toko kelontong.
Komentar Demrovsky muncul ketika beberapa negara bersiap untuk mengurangi kebijakan mitigasi virus corona mereka dengan tujuan memulai kembali ekonomi.
Banyak pakar kesehatan dan pemimpin bisnis memperingatkan bahwa langkah tersebut mungkin prematur karena tidak adanya pengujian yang meluas.
Editor: Feby Ferdian