Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Sunday, November 24, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Peneliti Berhasil Tumbuhkan Kentang di Lingkungan Mirip Planet Mars

Ilustrasi kentang. Sumber foto: sciencemag.orgIlustrasi kentang. Sumber foto: sciencemag.org

Topcareer.id – Pada bulan Maret tahun 2020 lalu, sekelompok ilmuwan di Belanda mengumumkan bahwa mereka telah menanam 10 spesies tanaman yang berbeda seperti tomat, kacang polong, gandum hitam, lobak, dan selada di sebuah lahan yang tanah dan iklimnya direkayasa untuk meniru tanah planet Mars yang keras dan gersang.

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa kentang mungkin juga dapat bertahan hidup di Planet Merah itu. Seperti yang dilaporkan Katherine Ellen Foley untuk Quartz. Para peneliti di International Potato Center (CIP) mampu menumbuhkan tanaman kentang di tanah yang mirip dengan planet Mars.

Para ilmuwan yang mengerjakan proyek “potatoes On Mars” di Lima, Peru ini “ingin mengetahui kondisi minimum apa yang dibutuhkan kentang untuk bertahan hidup,” kata peneliti Julio Valdivia-Silva dalam sebuah pernyataan.

Tetapi ada tantangan berat. Kondisi di Mars tidak mendukung kehidupan biologis. Tanah planet merah itu asin, tipis, dan kekurangan bahan kimia seperti nitrogen yang bisa membantu tanaman untuk tumbuh.

Atmosfernya juga mengandung sedikit oksigen yang juga penting untuk pertumbuhan tanaman dan suhu rata-ratanya mencapai -26 derajat Celsius.

Untuk meniru permukaan Mars yang keras, para peneliti mengandalkan tanah dari gurun Pampas de La Joya di Peru, yang mirip seperti tanah di Mars.
Peneliti mengambil sejumlah langkah untuk meningkatkan peluang kentang tumbuh di media yang begitu menantang tersebut.

Mereka menggunakan umbi-umbian yang telah dibudidayakan untuk tumbuh subur di tanah yang asin, dan mengairi mereka dengan air yang kaya nutrisi. Tanah juga ditingkatkan kualitasnya dengan pupuk.

Baca juga : Ambisi Elon Musk untuk Kuasai Planet Mars

Mereka menempatkan tanah di dalam CubeSat, suatu perangkat kecil yang disegel dan menabur tanah dengan benih kentang. Di dalam perangkat tersebut kentang mengalami peningkatan kadar karbon dioksida dan tekanan rendah untuk meniru kondisi planet Mars.

Namun, komposisi tekanan dan gas yang tepat untuk digunakan di dalam perangkat masih belum jelas. Dan para peneliti tidak dapat mensimulasikan perubahan suhu yang ekstrim dari permukaan Planet Mars tanpa membunuh kentang yang mereka tanam.

Sensor dipasang untuk memantau bidang tanah selama 24 jam sehari. Dan setelah proyek dimulai pada Maret 2020 lalu, kini para peneliti melihat tunas yang mulai tumbuh di tanah.

Eksperimen CIP ini memiliki implikasi yang signifikan untuk masa depan eksplorasi ruang angkasa. NASA sedang mendorong rencana untuk mengirim manusia ke Mars, dan astronot harus makan selama mereka di sana. Namun hasil eksperimen belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review.

Menumbuhkan tanaman hanyalah rintangan pertama yang perlu diatasi para ilmuwan dalam hal biaya astronot di Mars. Diperlukan lebih banyak peneliti sebelum para pelancong ruang angkasa di masa depan dapat dengan bebas memakan kentang yang ditanam di tanah mirip Mars.

Tanah Mars mengandung logam berat seperti timbal, arsen dan merkuri serta banyak mengandung besi. Jika komponen tersebut dipakai untuk tanaman, semua material tersebut akan masuk dalam buah-buahan dan membuatnya beracun.

Masih banyak juga kendala logistik yang harus dibenahi. Seperti mencari tahu bagaimana membawa benih, air, dan nutrisi tanaman ke planet Mars adalah sesuatu yang sama sekali berbeda.
Selain melakukan penelitian pertanian luar angkasa, aktivitas CIP adalah menggunakan akar dan umbi untuk mengembangkan solusi berkelanjutan bagi kemiskinan, kelaparan, dan perubahan iklim di seluruh dunia.**(Feb)

the authorSherley Agnesia

Leave a Reply