Topcareer.id – Kementerian Kesehatan Israel mengatakan sedang memeriksa sejumlah kecil kasus miokarditis pada orang yang menerima vaksin COVID-19 Pfizer.
Pfizer mengatakan belum mengamati tingkat kondisi miokarditis yang lebih tinggi dari yang biasanya terjadi pada populasi umum.
Koordinator respons pandemi Israel, Nachman Ash, mengatakan bahwa studi pendahuluan menunjukkan “puluhan insiden” miokarditis terjadi di antara lebih dari 5 juta orang yang menerima vaksin, terutama setelah dosis kedua.
Ash mengatakan tidak jelas apakah ini sangat tinggi dan apakah itu terkait dengan vaksin. Laporan sebagian besar kasus terjadi pada orang hingga usia 30 tahun.
Kementerian Kesehatan saat ini sedang memeriksa apakah ada kelebihan morbiditas (angka penyakit) dan apakah itu bisa terkait dengan vaksin.
Ash, yang berbicara tentang masalah ini dalam wawancara radio dan selama konferensi pers, menyebutnya sebagai “tanda tanya.”
Dan ia pun menekankan bahwa Kementerian Kesehatan belum menarik kesimpulan apa pun terhadap kasus tersebut.
“Menentukan tautan akan sulit karena miokarditis, suatu kondisi yang sering hilang tanpa komplikasi, bisa disebabkan oleh berbagai virus dan kasus serupa ada laporannya pada tahun-tahun sebelumnya.” Kata Ash.
Baca juga: Studi: Penggunaan Vaksin Pfizer Di Israel Catat Penurunan 94% Kasus COVID-19
Pfizer menjawab pertanyaan reuters dengan mengatakan bahwa pihaknya secara rutin menghubungi Kementerian Kesehatan Israel untuk meninjau data tentang vaksinnya.
Perusahaan mengatakan mengetahui pengamatan Israel terhadap miokarditis yang terjadi terutama pada populasi pria muda yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19.
Kejadian buruk memerlukan peninjauan secara teratur dan menyeluruh, dan sejauh ini belum ada pengamatan lebih jauh dari miokarditis daripada yang biasa terjadi pada populasi umum.
“Hubungan kausal dengan vaksin belum ada,” kata perusahaan itu.
Tidak ada bukti saat ini yang menyimpulkan bahwa miokarditis adalah risiko yang terkait dengan penggunaan vaksin Pfizer.
Israel telah menjadi pemimpin dunia dalam peluncuran vaksinasi, dengan hampir 60% dari 9,3 juta populasinya telah menerima vaksin Pfizer.
Basis data nasionalnya telah menunjukkan vaksin itu sangat efektif dalam mencegah gejala dan penyakit parah yang terkait dengan COVID-19.
Nadav Davidovitch, direktur sekolah kesehatan masyarakat di Universitas Ben Gurion Israel, mengatakan bahwa meskipun ada korelasi antara kasus miokarditis dan vaksin, tampaknya tidak cukup serius untuk menghentikan pemberian vaksin.
“Ini adalah situasi yang perlu perhatian, dan kami perlu menunggu laporan akhir, tetapi dalam analisis sementara tampaknya risiko sakit akibat COVID-19 jauh lebih tinggi daripada akibat efek samping vaksin dan risiko penyakit tersebut,” ujarnya.**(Feb)