Topcareer.id – Jika dalam sesi diskusi motivasi, pengusaha kerap bangga dengan beban kerjayang berat dan waktu begadang mereka. Tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa gaya hidup ini berdampak negatif pada kesehatan, kualitas kerja, dan bisnis mereka.
“Jika kamu selalu bekerja dan selalu ‘aktif’, itu dapat mengganggu pemulihan dan akhirnya membahayakan sejumlah hasil kesejahteraan,” kata rekan penulis Jeff Gish, asisten profesor manajemen di University of Central Florida, mengutip Fast Company.
Para peneliti secara luas meninjau literatur tentang kesejahteraan dan stres dalam kewirausahaan, menemukan bahwa pengusaha menghadapi tekanan unik ketidakpastian bercampur dengan kendala sumber daya dan staf.
Dan bahwa jumlah serta intensitas stres dapat menimbulkan ancaman nyata bagi kesejahteraan dan kesehatan.
Kata yang muncul 190 kali dalam penelitian ini adalah pemulihan, yang merupakan obat mujarab bagi wirausahawan, karena hal itu mengurangi lusinan risiko suasana hati, kesehatan, dan produktivitas hanya dengan mengurangi keausan terus-menerus pada pikiran dan tubuh wirausahawan.
“Pengusaha memiliki hubungan yang kompleks dengan pemulihan. Tetapi perlu menerimanya sebagai investasi untuk kesejahteraan, kesehatan, dan produktivitas masa depan mereka,” tulis para peneliti.
Baca juga: Pentingnya Keterampilan Komunikasi Interpersonal Di Perusahaan (Bagian 1)
Para peneliti membantu menyusun peta jalan yang dapat diambil oleh wirausahawan kehidupan nyata untuk memasukkan pemulihan dalam kehidupan sehari-hari mereka, yang disebut 3R:
Respite (Jeda)
Ini adalah istirahat dan jeda di tempat kerja, dari jalan-jalan hingga liburan selama seminggu. Karakteristik utamanya adalah pekerjaan berhenti, dan kamu melakukan sesuatu yang lain, seperti bersosialisasi atau berjalan-jalan di alam atau bermain musik.
Microbreak 5 hingga 10 menit dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan stres. Istirahat yang lebih lama, termasuk tidur malam penuh, sangat penting.
Reappraisal (Penilaian kembali)
Ini berarti membingkai ulang bagaimana kamu memandang pekerjaan. Kiat pro: Jangan menganggap perusahaanmu sebagai kuali stres, dan 80 jam seminggu jika diperlukan. Menulis jurnal, seperti buku harian rasa syukur, atau terapi dapat membantu mengubah perspektifmu.
Rejimen
Ini adalah rutinitas istirahat, tidur, olahraga.