Topcareer.id – Pernah dengar seseorang melakukan pinjaman online sampai 20-an kali di waktu berdekatan? Saking mudahnya melakukan pinjaman online, hal itu malah menyusahkan kedua belah pihak. Perlu ada solusi agar masyarakat tersosialisasi soal pinjaman online ini.
“Karena belum ada data centre yang bisa memberikan informasi alert kepada kami jadi saat ini ada kelemahan. Saking mudahnya masyarakat gampang pinjam. Mungkin tidak salah juga,” Ketua Bidang Kelembagaan dan Humas AFPI, Tumbur Pardede dalam acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2019-Innovation for Inclusion, Selasa (24/9/2019).
Untuk kemudahan usaha fintech sendiri, sedang dibahas pusat data fintech lending. Ini semacam data centre yang bisa memberikan informasi kepada fintech soal profil calon peminjam. Jadi, peminjam bisa membayar sesuai kemampuan.
Sementara ditambahkan oleh Direktur Utama PT. Esta Kapital Fintek, Yefta Surya Gunawan, ke depan memang fintech harus punya konektivitas yang tinggi sehingga bisa mengenal siapa yang ingin melakukan pinjaman.
“Bukan hanya sekadar nama atau NIK, tapi profil dia. Bagaimana pembayarannya, apakah sudah ada pinjaman lagi. Yang bisa dilakukan setiap penyelenggara adalah mendata dulu sekarang,” ucapnya.
Ketika didata, pihaknya bakal mengajukan pertanyaan soal apakah si peminjam ini sudah memiliki pinjaman di tempat lain atau belum. Nantinya pertimbangan itu masuk dalam credit scoring sebagai petimbangan.
“Kalau memang dia pinjam di tempat lainnya dan mungkin penghasilannya dilihat kurang mampu, credit scoring-nya akan rendah dan mungkin tidak akan lolos screening ke platform online kami,” ujar dia.
Semua data terkait hal tersebut, saat ini disimpan yang kemudian bisa berguna untuk industri fintech agar sama-sama menguntungkan. *
Editor: Ade Irwansyah