Topcareer.id – Di hari ketiga Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Koordinator PPKM Darurat Luhut Binsar Panjaitan lantas melakukan evaluasi di tiga provinsi, yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat di mana mobilitasnya masih tinggi.
Berdasarkan analisis, dibutuhkan sekitar penurunan mobilitas warga sebesar -30% untuk Covid-19 varian alpha dan -50% untuk varian delta agar jumlah kasus Covid-19 di wilayah tersebut dapat menurun.
Menko Luhut memerintahkan agar semua pihak dapat fokus mengejar target mobilisasi warga turun hingga -50%. Diharapkan saat akhir masa PPKM Darurat ini dapat mengalami perubahan yang signifikan.
“Untuk melihat indikator mobilitas masyarakat dengan menggunakan Facebook Mobility, Google Traffic, dan Bright Light dari NASA. Ditemukan masih banyak sekali pergerakan masyarakat di 3 provinsi tersebut,” kata Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi, Senin (5/7/2021).
Ketiga indikator tersebut akan dibuat indeks komposit gabungan untuk menggambarkan mobilitas masyarakat secara umum. “Kita butuh saling mendukung untuk mencapai indikator ini. Tetap di rumah produktif dan ibadah di rumah,” ujar Jodi.
Baca juga: Pasien Covid-19 Yang Isoman Bakal Dapat Paket Vitamin Dan Obat Gratis
Dia memaparkan, data indeks tersebut nantinya akan diberikan kepada masing-masing wilayah untuk segera dilakukan evaluasi dan intervensi.
Data indeks mobilitas ini nantinya akan segera digabungkan ke website Kementerian Kesehatan agar masing-masing daerah dapat segera mengupdate secara harian, sekaligus dapat mengevaluasi pelaksanaan PPKM Darurat.
Masih terkait dengan mobilitas masyarakat, untuk penyelarasan hasil tes agar dapat diakses banyak pihak, Kemenkes membuka akses bagi operator transportasi udara melakukan pengecekan kesehatan penumpang secara otomatis dengan menunjukkan QR Code di aplikasi pedulilindungi atau menunjukkan nomor NIK di counter check-in.
Semua data penumpang termasuk yang telah melakukan vaksinasi dan hasil pemeriksaan PCR/antigen mereka tersimpan dengan aman di Big Data Kemenkes atau new all record (NAR) Kemenkes RI. “Big data NAR ini terkoneksi dengan aplikasi Pedulilindungi,” tuturnya.