TOPCAREER.ID – Satria Ramadhan, inisiator SRM Band Management, menilai dalam kariernya sebagai manajer band ada sejumlah tantangan yang dihadapi. Tantangan itu dapat datang dari kemajuan industri musik sampai dengan mengikuti tren teknologi yang berkembang.
“Banyak sekali tantangan, mulai dari tantangan bagaimana agar manajemen ini tetap eksis ditengah badai industri musik yang berkembang sangat dinamis. Lalu kami juga dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanannya mulai dari kualitas merespon calon klien dengan cepat. Kualitas tim produksi yang dapat mempengaruhi mood band yang sedang dipegang. Kualitas promosi yang harus update dan kreatif dalam segi gimmick. Hingga tantangan terhadap era digital karya,” jelas Satria kepada TopCareer.id.
Kehadiran portal distribusi musik digital seperti Spotify, JOOX, dan Deezer, diakui Satria juga sangat mempengaruhi arus industri yang ada. Karena, menurutnya pertumbuhan platform musik digital akan sangat memaksa setiap manajemen band untuk berpikir keras menjual rilisan fisik.
“Dan saya sebagai penggiat rilisan fisik juga harus berpikir keras untuk mempertahankan tradisi rilisan fisik ini,” imbuhnya.
Akan tetapi Satria mengaku tidak dapat menyangkal kemudahan teknologi seperti media sosial. Menurutnya, media sosial sangat efektif dan membantu karena tidak berbayar dan tepat guna. SRM Band saat ini memanfaatkan platform seperti Soundcloud, Youtube, Facebook, Instagram, Twitter untuk keperluan promosi band-band yang mereka kelola.
Kendati berkarier di dunia manajemen band belum banyak dipahami khalayak, Satria Ramadhan mengatakan hal itu dapat dicapai melalui sekolah formal maupun otodidak.
“Sebenernya idealnya sih yang memang punya latar belakang di industri atau ilmu pertunjukan. Karena sekarang sudah banyak jurusan itu di kampus seperti SAE. Namun sepertinya lebih banyak yang otodidak seperti saya, yang basic-nya arsitek dan memulai karier di manajemen band melalui menjadi fotografer band,” tuturnya.
Saat ini SRM Band Management menaungi 11 band indie kenamaan Indonesia, sebut saja Ballads of The Cliché, SORE, L’Alphalpa, rumahsakit, Bangkutaman, The Experience Brothers, Sajama Cut, The Trees and The Wild, Barefood, Marsh Kids, dan MC Adit Insomnia.
Lantas bagaimana SRM menerapkan kriteria satu band bisa bergabung dibawah payung mereka. Menanggapi hal itu Satria berujar, “Sebenarnya tidak ada kriteria khusus sih (untuk dimanajeri oleh SRM Band), karena semua mengalir begitu saja. Ketika tawaran datang dari band-band yang memang saya kagumi latar belakang musik dan semangatnya.”
Lebih lanjut, saat melirik band-band yang akan direkrut, Satria mengatakan, SRM Band sangat menitikberatkannya kepada kekuatan karakter dan orisinalitas band tersebut. Namun, bukan berarti SRM Band memiliki kecenderungan terhadap genre tertentu.
Satria mengatakan band yang bagus adalah band yang memang sudah kuat karya musiknya, kreatif dalam hal gimmick, baik dalam hal maintain pendengar.
Selain itu, ia juga mengingatkan peran merchandising yang penting dalam industri musik. Menurut dia, merchandising adalah strategi yang efektif dalam hal mencari income tambahan, selain untuk me-maintain fans.
“Jadi sebisa mungkin memikirkan strategi dalam menerbitkan merchandise. Dan sebisa mungkin memikirkan merchandise apa yang unik dan tidak biasa namun tetap menarik untuk dikoleksi oleh fans,” tambahnya.