TOPCAREER.ID – Pesatnya perkembangan teknologi membuat industri Augmented Reallity (AR) jadi bisnis dengan potensi yang besar di masa depan. Meski seksi, bisnis ini tetap memiliki kendala dalam pengembangannya, terutama dalam memperluas pasar.
Salah satu pelaku industri AR di Indonesia yang tengah berkembang, Octagon Studio membeberkan kendala yang tengah mereka hadapi selama terjun ke industri teknologi yang mampu memunculkan objek virtual ke lingkungan nyata ini.
“Sebenernya kesulitan kami waktu pertama keluarin AR itu kita kenalkan 2013, waktu itu banyak yang belum tahu, sekarang udah banyak juga yang tahu, dan antusis juga untuk belajar,” kata Chief Marketing Officer (CMO) Octagon Studio, Stella Setyiadi kepada TopCareer.id.
Ia menambahkan, kesulitannya kala itu dalam memasarkan produk AR ya karena penggunanya masih sedikit, hanya kalangan terbatas seperti perusahaan-perusahaan besar saja. Salah satu faktornya, yakni harga yang mahal untuk jasa penggarapan produk-produk AR.
Apalagi, tambah Stella, AR bukan menjadi kebutuhan utama setiap orang untuk saat ini. Sehingga hal itu yang membuat pihaknya semakin ingin membuat AR kelak bisa dibutuhkan untuk banyak orang.
“Challenge-nya sekarang bagaimana caranya orang tetap tahu AR. Kami sih pengin mengembangkan AR ini lebih kayak ke consumer base, jadi bagaimana caranya AR itu bisa dinikmati dalam berbagai macam hal,” ujar Stella.
Tak hanya itu, hambatan lain yang disebutkan Stella mengapa AR kini belum terlalu dikenal, yaitu soal peralatan atau hardware-nya. AR yang canggih bakal didukung hardware yang juga mumpuni, sementara saat ini hardware dengan kapasitas itu sangat terbatas dan lagi-lagi mahal.
“Jadi kalau hardaware-nya lebih bertambah lagi tahun depan, Apple atau Samsung mengeluarkan lebih canggih, itu akan lebih viral dan dipakai ide-ide bisnisnya,” ucapnya.
Untuk mengakali terbatasnya hardware yang canggih, Octagon Studio mengeluarkan produk yang bisa dinikmati cukup bermodalkan aplikasi gratis di PlayStore dan kartu.