TOPCAREER.ID – Merasa canggung bicara di depan banyak orang? Tiba-tiba keringat mengucur deras dan kamu diserang rasa panik. Apa yang kamu mau ucapkan mendadak buyar, bicara jadi terbata-taba. Pernah mengalami hal itu? Jangan terlalu cemas. Kamu tak sendirian.
Menurut hasil studi 73 persen dari populasi dihinggap rasa cemas saat bicara di depan umum. Rasa takut itu utamanya timbul karena takut dijauhi teman, kolega, atau orang lain.
Seperti di zaman batu, orang yang sukses adalah mereka yang dapat makan, tidur dan berburu makan bersama manusia lain dalam satu kelompok. Jiika tidak dapat bergabung dengan kelompok berarti mati. Sampai sekarang kita belum lepas dari pola hidup tersebut. Alam bawah sadar kita menciptakan keyakinan yang memacu ketakutan kita. Keyakinan negatif inilah yang antara lain dialami Randy Paynter, pendiri dan CEO of Care2 saat menuliskan tips karir di laman Entrepreneur.com. Ketika kecil, ia anak yang pemalu. Yang ada di pikirannya, “Jika saya mengatakan hal bodoh, maka orang lain akan berpikir saya bodoh dan tidak berguna”.
Masalah kepercayaan negatif ini justru membatasi potensi yang kita miliki. Hal itu mempunyai kekuatan untuk mengarahkan atau membatasi tindakan yang kita ambil, menentukan tujuan yang akan kita ikuti.
Padahal jika kita mengenali keyakinan yang membatasi diri kita, kita dapat mengarahkannya menjadi hasil yang positif. Banyak orang yang telah mencoba melakukan hal itu, berikut adalah beberapa contoh untuk membuat kamu termotivasi.
Mendobrak Batasan Umum
Salah satu cerita orang yang dapat menghancurkan keyakinan yang membatasi dirinya adalah, Roger Bannister Shattered, beliau berhasil mematahkan asumsi orang umum yang menyatakan tidak ada manusia yang dapat berlari 1 mil (sekitar 1,6 kilometer) dalam waktu 4 menit. Bannister berhasil berlari 1 mil dalam waktu 3 menit 59,4 detik. Setelah ia berhasil, para pelari lain termotivasi dan menyadari bahwa mereka juga akan bisa mengikuti jejak Bannister.
Bayangkan batasan macam itu menjadi hambatan karir kamu. Batasan yang kamu anggap mustahil dipecahkan bisa bermacam-macam, entah deadline pekerjaan, target pendapatan, maupun pencapaian pribadi. Itu sebabnya sangat penting mengenal batasan umum dan menantangnya.
Mengenali Masalah dan Membuat Keyakinan Baru
Menurut survey yang dilakukan pada tahun 2003, 40 persen jutawan di dunia menderita disleksia. Seperti Steve Jobs, Thomas Edison, Albert Einstein dan Alexander Graham Bell, mengidap penyakit tersebut. Mengapa banyak orang yang terlahir dengan kekurangan namun menjadi sukses? Orang-orang ini berhasil mengubah keyakinan yang membatasi diri mereka menjadi kekuatan dan keuntungan. Para Seorang pengusaha sukses menganggap keterbatasan bukan sebagai keterbatasan, namun sebagai keunikan atau keungulan.
Tidak semua orang dapat mengubah keyakinan yang membatasi dirinya menjadi keuntungan, seperti Steve Jobs. Namun untuk berkarir kita mungkin membutuhkan contoh dari beberapa orang berprestasi yang telah mengubah kekurangan menjadi kesuksesan.
Tony Robbins yang sering bekerja dengan pembisnis dan selebritis terkenal menyatakan, “Semua inovasi dimulai dari perubahan keyakinan”. Robbins menyarankan untuk memulai, seseorang harus mengidentifikasi dan menggali kepercayaan yang membatasi diri dan memikirkan bagaimana keyakinan itu dapat membuat rasa sakit pada masa lalu dan masa depan. Kemudian mengganti keyakinan lama ini dengan keyakinan baru yang akan memberikan kepuasan atau kesuksesan.
Ia memberi contoh, “Dalam karir saya, saya telah mengganti kepercayaan seperti, ‘Jika saya mencoba, saya mungkin akan gagal’ dengan ‘Satu-satunya cara untuk tidak mengalami kegagalan adalah dengan terus mencoba hal-hal baru dan terus memperbaikinya dengan belajar dari kesalahan.’”
Misalnya pula, bila kamu memiliki rasa takut bicara di depan umum, punya rasa takut akan dijauhi atau dianggap orang bodoh, cara mengatasi rasa takut itu dengan mengenalinya dan menggantinya dengan keyakinan baru. Yakinkan diri bahwa satu-satunya kegagalan adalah ketika kita tidak pernah mencoba bicara di depan umum. Teruslah berlatih sampai menjadi pembicara yang hebat.
Sekarang waktunya bertanya pada diri sendiri: kayakinan apa yang membatasi dirimu? Bagaimana kamu mengubah keyakinan itu menjadi kesempatan? *
Editor: Ade Irwansyah