TopCareerID

Baikkah Jadi Si Kutu Loncat?

Topcareer.id Kamu sudah bekerja di tujuh kantor berbeda, padahal baru 5 tahun lalu lulus dari bangku kuliah. Wah, mengapa bisa begitu? Apa kamu terlalu pintar hingga pindah kerja terus, atau kamu justru punya masalah dengan komitmen berkarier alias si kutu loncat?

Sebelum menjawabnya, ada baiknya tahu dulu apa itu “komitmen berkarier.”

Maksudnya, ya menetapkan pilihan untuk bekerja di perusahaan selama waktu tertentu. Dan selama waktu yang dimaksud itu kamu tak tergoda untuk pindah kerja ke tempat lain. Ibaratnya kmau setia pasanganmu sekarang, tak selingkuh dengan WIL (wanita intim lain) atau PIL (pria intim lain).

Sebenarnya, normal-normal saja seseorang sering pindah kerja. Apalagi bila umur Anda masih di kisaran 20-an. “Itu terjadi pada banyak orang,” bilang Linda Barnabel, penulis buku Sex, Money & Power. Namun demikian kamu pantas disebut punya masalah komitmen berkarier jika hal berikut terjadi padamu, sebagaimana dikutip dari Glamour.

Bahkan kamu belum sampai pada tahapan awal
Begini, apa isi curriculum vitae-mu dipenuhi daftar pengalaman kerja yang sudah kamu lakukan selama ini? Apa kendati sering pindah kerja, kenaikan gajimu tak siginifikan? Marilyn Moats Kennedy, kepala Wilmete, sebuah firma konsultan karier di Illinois, AS punya jawabnya. “Orang yang punya masalah komitmen berkarier malah jarang dapat kenaikan gaji dan promosi, sebab mereka bekerja terlalu singkat. Perusahaan belum sempat memberinya tanggung jawab besar, dia keburu pindah,” jelasnya.

Ini berarti sebelum posisi atau tanggung jawab pekerjaan kamu cukup signifikan untuk bernegosiasi di tempat kerja yang baru, mending cari pengalaman dulu di tempat kerja lama.

Gairah kerjamu melempem setelah beberapa bulan saja
“Si kutu loncat memang dari sananya tak mau berkomitmen untuk berlama-lama di sebuah perusahaan,” catat Kennedy. Biasanya, orang model begini begitu semangat bekerja selama beberapa minggu. Namun begitu realitas pekerjaan datang menghampiri, saatnya pula dia mulai berancang-ancang mencari pekerjaan baru.

Kamu “lapar mata” melihat pekerjaan orang lain
Istilah “lapar mata” umumnya digunakan buat orang yang meski perutnya sudah kenyang, masih tergoda buat icip-icip makanan. Istilah ini cocok juga buat orang yang punya masalah komitmen berkarier. Padahal, menurut Kennedy jika mulai “lapar mata” mending “dengarkan diri sendiri,” katanya. “Apa kamu tipe orang yang selalu bilang, ‘Wah, pekerjaanmu kedengarannya menyenangkan!’”

Hal model begini membahayakan, lho. Setiap kali ada kesempatan kerja baru, kamu langsung tergoda. Padahal, kesempatan berkembang (entah naik gaji atau dipromosikan) di kantor yang sedang dijalani masih terbuka buatmu.

dok. Thenordichub

Jika kamu tak tahan bekerja di satu kantor tak lebih dari beberapa bulan, ini pertanda kamu mengidap penyakit komitmen berkarier yang parah. Linda Barnabel malah menyarankan untuk mencari seorang terapis segala buat mengobatinya.

Langkah yang sebaiknya dilakukan justru meningkatkan kualitas kerja di kantor sekarang daripada pindah kerja melulu. Langkah pertama, bicara pada atasan untuk minta tanggung jawab pekerjaan ditambah. Ini berguna untuk menambah kekuatan dan mengasah kemampuan. Lalu, tanya pula kemungkinan untuk mengerjakan hal-hal baru yang kira-kira sanggup kamu lakukan.

Dok. The Institute for Social & Emotional Studies

Ingat, setiap atasan menyukai karyawan yang berinisiatif tinggi. Langkah berikutnya, berjanji pada diri sendiri untuk berhasil mengerjakan proyek besar di kantor sekarang, ketimbang mencari tempat kerja baru.

Terakhir, kamu mesti menerima saran berikut: kendati posisi di kantor sekarang tak sepenuhnya kamu inginkan, “Kamu tetap mesti tahan bekerja setidaknya buat setahun, itu waktu cukup untuk menunjukkan komitmen pada sebuah kantor,” bilang Michelle Tullier, Ph.D. yang ikut menulis buku Work Smart. “Jika Anda tak punya alasan tepat buat pindah kerja, beberapa majikan malah akan mempertanyakan karakter Anda.”*

Exit mobile version