Topcareer.id – Sebuah studi yang dilakukan oleh University College London menemukan bahwa terlalu banyak bekerja memiliki 33% risiko lebih tinggi mengalami stroke, dan 13% peningkatan risiko serangan jantung.
Mengambil cuti dapat membantu kamu mengurangi risiko di atas, sekaligus menjadi reminder bagi bos dan rekan kerja tentang besarnya kontribusi kamu dalam bekerja.
Dilansir dari pertemps.co.uk, Selasa (08/10/2019), berikut beberapa tanda kalau kamu perlu mengambil cuti.
- Mudah merasa kesal atau terganggu
Kalau suara rekan kerja saat mengunyah makanan bisa membuat kamu terganggu dan kesal, ini adalah pertanda kalau kamu butuh beristirahat. - Tidak punya inspirasi
Ketika kelelahan, semua antusiasme kerja biasanya akan hilang. Jika kamu mendapati diri lebih banyak mengeluh dari biasanya, serta sulit menelurkan ide-ide kreatif dalam bekerja, sebaiknya segera luangkan waktu untuk cuti berlibur. - Sering membuat kesalahan
Kalau kamu terus menerus membuat kesalahan kerja. Cobalah berhenti dulu. Mungkin kamu kelelahan. Biarkan pikiranmu tenang, sehingga bisa lebih fokus saat bekerja lagi nanti. - Sulit konsentrasi
Kalau di kantor kamu sudah terlalu sering melamun membayangkan dirimu berada di tempat lain. Buruan ambil cuti dulu deh. - Emosional
Saat kamu lebih emosional dari biasanya, itu bisa menjadi tanda kalau kamu mulai kelelahan. Jangan stres. Kamu hanya perlu waktu untuk beristirahat dan bersantai. Tempatkan kesejahteraan kamu lebih dulu dan dapatkan keseimbangan kehidupan kerjamu. - Kamu hanya hidup untuk bekerja
Saat di luar jam kerja, apakah kamu terus-menerus memikirkan pekerjaan? Apakah ide libur seminggu membuatmu takut? Kalau iya, segera cuti! Jangan terlalu sibuk dengan urusan di kantor. Kamu memiliki kehidupan di luar angka 9-5! - Lelah
Jika bangun tidur terasa begitu berat untuk dilakukan, itu berarti kamu perlu istirahat. Ambilah cuti. Keletihan memiliki dampak besar pada tingkat produktivitas.
Bagaimana? Apakah ada tanda-tanda di atas yang kamu rasakan? Kalau iya, segera rencanakan waktu berlibur secepatnya.
Editor: Feby Ferdian