TopCareerID

Selamatkan Kariermu! Ini 8 Tanda Bosmu Beracun

Topcareer.id – Percayakah kamu? Salah satu studi menemukan bahwa 50 persen karyawan meningggalkan pekerjaan demi menjauh dari bos mereka. Lalu, bagaimana caranya tahu kalau kamu bekerja untuk manajer yang beracun?

Seperti dikutip dari laman Inc, seorang speaker, pelatih kempemimpinan, dan konsultan Marcel Schwantes menyebutkan setidaknya ada 8 sifat yang menandakan buruknya karakter seorang manajer. Apa saja?

Hanya mementingkan dirinya sendiri

Manajer tipe ini tidak terlalu peduli tentang misi perusahaan atau cara menyelaraskan tujuan tim dengan tujuan organisasi. Yang mereka pikirkan hanyalah kinerja individu dan cara mendapatkan bonus tahunan. Jadi jangan heran kalau mereka hanya mementingkan prestasi sendiri, serta bagaimana atasan memandang mereka.

Suka cari perhatian

Manajer yang kerap mengambil semua kredit untuk pekerjaan seluruh timnya. Tidak ada pujian untuk tim, tidak ada perayaan atas keberhasilan semua orang. Manajer seperti ini akan menjadi sorotan, dan ketika itu terjadi, semangat tim merosot.

Tidak pernah salah

Pernah bekerja dengan manajer yang selalu benar, sementara kamu selalu salah? Dia tidak bisa disalahkan dan tidak akan pernah mengakui kesalahan. Dia lebih peduli menjaga reputasinya dan menyelamatkan namanya.

Bingung, tidak tahu arah yang dituju

Anggota tim tidak tahu di mana mereka berdiri karena komunikasi yang sering kali samar. Manajer ini bakal mengatakan rencana A pada hari Senin, lalu mengubah arah pada hari Rabu, seringkali tanpa memberi tahu tim.

Seorang manajer yang suka kontrol

Orang ini mengelola mikro hingga detail terakhir. Lingkungan kerja jadi kaku dan menyesakkan karena dia ingin kontrol atas keputusan. Dia tidak mempercayai tim dan tidak mau mendelegasikan.

Dalam skenario seperti itu, hampir tidak ada ruang untuk diskusi atau masukan karena gaya kepemimpinan yang otokratis.

Penindas

Efek intimidasi di tempat kerja sangatlah besar dan tidak menguntungkan karyawan. Baird Brightman, seorang ilmuwan perilaku, konsultan, dan penulis, melaporkan bahwa agresivitas (baik verbal maupun fisik) merusak rasa aman. Perilaku ini juga seolah mengubah pekerja produktif ke defensif seperti dalam pertarungan.

“Hanya 1 persen dari pelaku intimidasi yang dipecat, tindakan biasanya diambil target (pelaku intimidasi). Satu-satunya pilihanmu pergi secepat mungkin. Terutama jika perusahaan membiarkan bully berulang kali dan telah keluar beberapa target pelaku intimidasi,” kata Babs Ryan, penulis America’s Corporate Brain Drain.

Minim aksi

Mereka akan berdalih “sibuk” ketika input atau arahan mereka diperlukan pada saat-saat genting. Mereka sering kali berlindung dalam pertemuan untuk menutupi rasa tidak aman mereka atau ketakutan menghadapi konflik. Mereka hanya tertarik pada kabar baik, karena mereka tidak mampu menangani apa pun. Punya masalah? Bicaralah dengan orang lain.

Narsis

Bagi manajer, ini adalah kondisi mental aktual yang dikenal sebagai gangguan kepribadian narsis yang membutuhkan perhatian medis. Bagi karyawan, manajer narsistik yang patologis dapat merusak kariernya.

Editor: Feby Ferdian

Exit mobile version