Topcareer.id – Budaya minimalis tengah poluler di Jepang. Hidup minimalis merupakan sebuah filosofi yang berasal dari ajaran Buddhism Zen. Filosofi ini mengajari banyak hal baik seperti yang tertuang dalam buku Goodbye, Things – Hidup Minimalis ala Orang Jepang, karya Fumio Sasaki.
Menurut Fumio Sasaki, seperti dikutip dari sloww.co, Jumat (18/10/2019), minimalis itu tentang bagaimana mengurangi barang-barang seminimal mungkin sehingga dapat fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Mereka yang menjalani hidup minimalis adalah orang yang tahu apa yang benar-benar penting baginya.
Mengapa kita memiliki begitu banyak hal ketika kita tidak membutuhkannya?
Kebanyakan orang menjawab mereka menggunakan banyak benda yang dimiliki untuk memberi tahu orang betapa hebat dan suksesnya mereka.
Harta milik kita seharusnya menjadi alat kita. Mereka digunakan untuk tujuan pamer seperti itu hanya selama Zaman Batu. Seiring berjalannya waktu, dunia menjadi berlimpah, dan benda-benda mulai digunakan untuk tujuan lain yang bisa berguna. Kita jangan menjadi budak barang-barang kita, hingga terpaksa menghabiskan waktu dan energi untuk merawatnya.
Saat sudah benar-benar siap dan yakin untuk hidup minimalis, mengurangi kepemilikan barang justru membuat mereka tidak lagi membandingkan diri dengan siapa pun. Karena ketika ikhlas untuk menjalani hidup minimalis kita secara otomatis akan berhenti dari perlombaan kepemilikan barang.
Lalu bagaimana cara membeli barang dengan gaya hidup minimalis?
Belilah barang yang benar-benar kita sukai dan pilih yang berkualitas tinggi. Dengan memiliki barang-barang yang benar-benar kita sukai, kita cenderung tidak menginginkan lebih. Pastikan barang memiliki jenis bentuk yang minimalis dan mudah dibersihkan, warnanya tidak terlalu keras, bisa digunakan untuk waktu lama, strukturnya sederhana dan kompak serta memiliki banyak kegunaan.
Apa yang penting dari gaya hidup minimalis?
Minimalis merupakan metode bagi individu untuk menemukan hal-hal yang benar-benar penting bagi mereka. Ini prolog untuk membuat cerita unik kita sendiri. Pengalaman yang akan membangun karakteristik unik kita, bukan objek material. Kita bisa menemukan orisinalitas kita sendiri ketika menghapus semua hal yang mengganggu kita. Dengan begitu kita bisa menjadi seorang minimalis yang hanya memiliki apa yang kita butuhkan. Fokus kita pasti akan bergeser dari orang lain ke diri kita sendiri. Bebas dari membandingkan diri, dan mulai menemukan siapa diri kita sebenarnya.
Ketika kita menjadi minimalis, energi yang kita gunakan juga menjadi minimal. Hidup dengan ramah lingkungan datang secara alami. Dengan meminimalkan harta benda dan menyesuaikan diri dengan kehidupan sederhana yang terfokus, kita akan menemukan bahwa beban di pundak menjadi lebih ringan dan hidup dengan cara yang lebih lembut terhadap lingkungan.
Hidup minimalis bisa menurunkan standar dan mengurangi biaya hidup hingga level minimum. Kita dapat menggunakan sisa penghasilan yang masih cukup banyak untuk pergi ke mana pun. Minimalisme benar-benar bisa membebaskan.
Menurut Fumio Sasaki, kita semua dilahirkan ke dunia ini sebagai minimalis. Dan orang Jepang terbiasa menjalani kehidupan minimalis. Kebanyakan orang Jepang mungkin memiliki dua atau tiga kimono namun selalu tetap segar dan bersih. Rumah merupakan bangunan sederhana yang dapat dengan cepat dibangun kembali, dan orang-orang tidak cenderung tinggal di tempat yang sama sepanjang hidup mereka. Budaya Jepang dulunya adalah budaya minimalis.
Bagi orang Jepang, gaya hidup minimalis seperti ini juga memiliki keuntungan jika terjadi bencana alam, akan lebih mudah menyelamatkan diri dengan sedikit barang.