TopCareerID

Peran Pemandu Gunung Bisa Kurangi Angka Kecelakaan Pendaki

Topcareer.id – Tren wisata mendaki gunung di kalangan anak muda sepertinya makin digemari. Tapi sayang, angka kecelakaan pendaki gunung juga meningkat 4 tahun terakhir.

Untuk itu, peran pemandu gunung sangatlah penting, terlebih untuk pendaki baru demi tercapainya pendakian yang aman.

Pada 2015, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mencatat ada 12 kecelakaan pendakian. Pada tahun 2016 jumlah kecelakaan pendakian meningkat menjadi 15 kasus.

Memasuki 2017, jumlah kecelakaan pendakian kembali mencapai 15 kasus, dengan detail 7 pendaki meninggal dunia, 5 pendaki ditemukan sakit, dan 3 pendaki ditemukan sehat. Sementara di 2018, angkanya meningkat signifikan, yakni sebanyak 23 kejadian.

“Jalan-jalan treking naik gunung harus didampingi oleh guide. (Peraturan ini) kayaknya jadi wajib bagi orang-orang yang memang baru mau, baru ingin menikmati wisata pendakian gunung,” kata Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Vita Cecilia kepada Topcareer.id, Jumat (2/8/2019).

Pendaki yang sudah berpengalaman pun, kata Vita, masih kerap menggunakan jasa pemandu lokal. Karena pada dasarnya pemandu gunung tak hanya soal menyediakan kebutuhan guiding (memandu) di perjalanan saja, tetapi juga soal persiapan kebutuhan, seperti logistik.

Sekretaris Umum APGI, Rahman Mukhlis menambahkan, keberadaan pemandu gunung bagi wisatawan yang belum berpengalaman sangat diperlukan untuk meminimalisasi kecelakaan.

“Jadi untuk naik gunung ini kita kenal ada yang namanya bahaya objektif itu yang dari alam. Juga ada bahaya subjektif. Nah, bahaya subjektif ini karena si pendaki ini misalnya belum punya kemampuan untuk kompetensinya. Terus peralatan dan pembekalan kurang,” ucap Rahman.

Rahman mengakui, ada banyak risiko yang mengancam ketika pendaki pemula tak disertai oleh pemandu. Contoh sederhananya, nyasar atau terjadi kesalahan sejak melakukan persiapan.

“Karena ketidaktahuan peralatan misalnya, dia membawa peralatan yang seadanya padahal kan tahu mendaki gunung itu risikonya berat,” terang Rahman.

“Misalnya ada hujan besar atau badai, ketika dia enggak bawa jaket, pakaian basah, kedinginan, ujung-ujungnya hipotermia, kehilangan suhu tubuh. Itu yang paling sering terjadi,

Dengan adanya pemandu gunung, sejak awal wisatawan ini sudah diberi edukasi terkait persiapan yang diperlukan untuk karakteristik gunung yang dituju. Mulai dari peralatan keamanan, pakaian, logistik soal makanan, hingga persiapan latihan fisik.

Dengan begitu, wisata pendakian diharap lebih aman dan nyaman. Bahkan jauh dari kecelakaan yang tak dihendaki.

Editor: Feby Ferdian

Exit mobile version