Topcareer.id – Nadiem Makarim, namanya memang sudah santer digadang bakal masuk kabinet Jilid II Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Benar saja per Rabu (23/10/2019) ia dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kariernya seakan melesat meski usianya masih 35 tahun.
Sosok Nadiem sudah lebih dulu dikenal dan lekat sebagai Founder dan CEO di perusahaan teknologi ride hailing, Gojek. Lompatan kariernya dari beberapa startup hingga kini menjadi menteri termuda di kabinet Jilid II membuat profil Nadiem kian seru untuk diulas.
Nadiem lahir Singapura pada 4 April 1984. Ia merupakan anak ketiga pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayah Nadiem merupakan aktivis sekaligus pengacara yang ternama di tanah air. Ia merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara.
Baca juga: Nadiem Makarim Mendikbud, Netizen: Bayar SPP Pakai Gopay
Pendidikan
Meski lahir di Singapura, Nadiem mengenyam bangku sekolah dasar dan menengah pertama di Indonesia. Hingga di tingkat sekolah menengah atas, ia kembali lagi ke Singapura. Setelah lulus SMA, Nadiem lantas melanjutkan pendidikannya ke universitas Ivy League di Amerika Serikat.
Pertama, pada 2002 ia masuk ke Brown University, sebuah kampus di Rhode Island, Amerika Serikat. Ia berhasil mendapat gelar BA di jurusan International Relations di 2006. Bahkan, ia sempat ikut pertukaran pelajar di London School of Economics and Political Science di Inggris.
Tiga tahun setelah lulus, Nadiem kemudian melanjutkan kuliah pasca sarjana di Harvard Business School dan meraih gelar Master of Business Administration pada 2011.
Karier
Selepas lulus dari Brown University, Nadiem memulai karier pada 2006 sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company. Perusahaan ini merupakan perusahaan konsultan manajemen multinasional. Bahkan McKinsey & Company menjadi konsultan dari 80 persen perusahaan terbesar di dunia.
Tertulis dalam LinkedIn Nadiem Makarim, ia bekerja di McKinsey & Company sejak Agustus 2006 hingga Maret 2009. Lalu pada 2011, setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya, Nadiem melanjutkan kariernya. Kali ini ia menjadi bagian yang ikut mendirikan Zalora Indonesia.
Di perusahaan ini, ia juga menjabat sebagai Managing Editor. Tak lama di Zalora, hanya satu tahun kemudian ia keluar. Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku pada April 2013 hingga Maret 2014.
Baca juga: Jelang Pengumuman, Berapa Gaji Menteri Presiden Jokowi?
Namun, pada 2011 Nadiem sudah mulai serius dengan usahanya membuat platform Gojek bisa berkembang. Gojek lahir dari keresahan Nadiem yang tinggal di Jakarta dan selalu dipenuhi problematika terkait kemacetan.
Ia pun gemar menggunakan layanan ojek untuk menembus kemacetan Jakarta. Semula layanan Gojek dimulai dengan SMS atau telepon. Pelanggan menghubungi Gojek yang lalu dihubungkan ke pengojek yang jadi mitranya. Cara ini tak praktis. Namun, seiring perkembangan smartphone kian massal digunakan dan kian canggih, muncul ide menghubungkan penumpang dan tukang ojek dengan aplikasi smartphone. Aplikasi Gojek pun lahir pada 2015.
Kini Gojek bertransformasi menjadi perusahaan super apps dan platform on demand sukses di Asia Tenggara. Gojek sudah memperluas bisnisnya ke luar Indonesia, termasuk Vietnam, Singapura, dan Thailand.
Bahkan, Gojek saat ini merupakan salah satu startup decacorn di dunia, dan merupakan yang pertama di Indonesia. Gojek menjadi decacorn pada awal tahun ini. *
Editor: Ade Irwansyah