Topcareer.id – Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin telah mengumumkan menteri dan wakil menterinya pekan lalu. Ada yang berbeda saat Presiden Joko Widodo mengumumkan kabinet di periode keduanya ini. Dalam dua kesempatan yang berbeda Presiden Joko Widodo bersama Ma’aruf Amin memperkenalkan anggota Kabinet Indonesia Maju, yang terdiri dari 34 menteri dan 12 wakil menteri sambil lesehan (duduk) di tangga.
Pakar komunikasi sekaligus dosen tetap untuk Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, Maria Puspitasari mencoba mengungkap makna di balik gaya lesehan Presiden Jokowi tersebut.
“Gaya Pak Presiden itu bisa diartikan sebagai bentuk kerendahan hati yang nantinya akan menjadi wajah kabinet.” ujar Maria Puspitasari kepada Topcareer.id melalui pesan Whatsapp, Sabtu (26/10/2019).
Baca Juga: Ini Daftar Lengkap Menteri Kabinet Indonesia Maju Presiden Jokowi
Dosen yang akrab disapa Ita ini mengatakan selain kerendahan hati, makna lesehan juga bisa diartikan sebagai sikap kesederhanaan.
“Sedangkan konsep tangga itu menarik karena tangga itu bicara level. Bisa jadi konsep duduk di tangga memiliki makna bahwa orang-orang yang duduk di tangga adalah mereka yang dianggap sah menduduki anak tangga tersebut karena memenuhi prinsip meritokrasi.”kata Ita.
Selain itu tangga juga bisa dibaca sebagai anak tangga dimana ada garis koordinasi baik secara vertikal maupun horizontal, lanjutnya. “Semua orang ada tempatnya tergantung prestasi” ujar Doktor Komunikasi yang juga mengajar Teori Kritis di Universitas Indonesia.
Baca Juga: Daftar Lengkap 12 Wakil Menteri Pilihan Presiden Jokowi
Menurut Ita, apa yang dilakukan Presiden Jokowi yang selalu memakai simbol ini sangat bagus sejauh para anggota kabinetnya bisa memegang komitmen. Meski demikian, Ita mengingatkan ini akan menjadi bumerang bila para menterinya tak bisa memegang komitmen.
“Bahwa simbolisasi itu bagus sejauh para anggota kabinet Indonesia Maju bisa memegang komitmen untuk sederhana dan rendah hati serta mau melayani. Simbol itu akan patah dan justru berbalik arah menjadi bumerang ketika anggota kabinet tidak bisa memelihara komitmen untuk merealisasikannya.” tutur Ita.