TopCareerID

Tiga Mitos yang Sering Hantui Solo Traveler Perempuan

Ilustrasi. Sumber foto: The Business Journals

Ilustrasi. Sumber foto: The Business Journals

Topcareer.id – Ketika perempuan akan melakukan solo traveling, bakal banyak saran yang muncul memenuhi pikiran, meski tidak diminta.

Beberapa saran itu tak jarang hanya mitos saja, tapi mampu jadi kekhawatiran sekaligus pertimbangan untuk membatalkan seluruh rencana liburan.

Kelly Lewis, pendiri Go! Girl Guides dan Women’s Travel Fest menyampaikan beberapa mitos yang kerap ditemui oleh solo traveler perempuan.

Tidak aman

Kamu mungkin menemukan berita utama perempuan yang diserang saat dalam perjalanan. Kisah-kisah ini selalu menjadi berita halaman depan saat mereka memasuki skenario mimpi buruk tentang risiko yang harus dihadapi ketika berlibur.

Dengan tampilan media yang sangat miring, tidak mengherankan bahwa anggota keluarga dapat tidak mendukung rencana perjalanan solo. Namun, kenyataannya, lebih dari sembilan juta perempuan Amerika berhasil bepergian sendiri ke luar negeri setiap tahun.

Itu membuktikan bahwa untuk tetap aman saat bepergian sendirian, perempuan tidak membutuhkan keahlian yang hebat. Mengikuti intuisi dan bersikap seperti di rumah adalah cara mudah untuk memastikan perjalanan yang bebas repot.

Baca juga: Bersender di Kaca Jendela Pesawat Bisa Bikin Kamu Sakit, Ini Alasannya

Kamu akan kesepian

Salah satu pemikiran paling menakutkan tentang bepergian sendirian adalah kamu akan berakhir menghabiskan seluruh perjalanan sendirian. Perasaan ini sangat wajar untuk pelancong awam dan mereka yang kurang percaya diri.

Dalam jangka waktu singkat, kamu akan menyadari bahwa kehidupan di jalan sama sekali tidak kesepian. Tinggal di hostel akan membuatmu bertemu wajah ramah setiap hari. Banyak dari mereka yang berada di kapal yang sama sepertimu.

Harus menjadi seorang ekstrovert

Bagi banyak orang, mendekati seseorang yang belum pernah mereka temui dan harus memulai percakapan adalah mimpi buruk. Dari perspektif introvert, kecemasan seperti itu dipandang sebagai batu sandungan utama dalam solo traveling.

Syukurlah, kecemasan itu mudah diatasi di hostel. Rekan-rekan pelancong sangat mahir mengenali tanda-tanda gugup, terutama karena mereka sendiri pernah merasakan perasaan yang sama.

Mereka akan melakukan yang terbaik untuk membuatmu merasa diterima dalam kelompok. Kamu bakal menyadari berbicara kepada orang baru tidak menakutkan seperti dulu.

Editor: Feby Ferdian

Exit mobile version