TopCareerID

Movie Freak Wajib Tahu, Ini Film Perjuangan Pahlawan Daerah

Film Tjoet Nja Dhien (1986). (dok. Istimewa)

Topcareer.id – Kamu tentu tahu sebelum masa kebangkitan nasional tahun 1908, perjuangan mengusir penjajah berlangsung di setiap wilayah Nusantara. Dari sejarah kita kenal perjuangan Pangeran Diponegoro di Jawa, Patimura di Maluku, Tjoet Nja’ Dhien dari Aceh, Sultan Hassanudin dari Makasar, dan lain-lain.

Tapi, tahukah kamu, sineas kita beberapa kali mengangkat film-film berlatar perjuangan sejumlah pahlawan daerah.

Baca juga: Review Susi Susanti: Love All, Bukan Film Biopik Biasa

Nah, tepat di Hari Pahlawan, 10 November ini, kamu bisa jadi movie freak yang tahu apa aja film-film tentang pahlawan daerah.

November 1828 (1979)
Sutradara legendaris Teguh Karya mengambil potongan Perang Diponegoro (1825-1830) menjadi sebuah drama di sebuah rumah seorang pengikut Sentot Prawirodirdjo, panglima perang pasukan Pangeran Diponegoro. Film ini tak kurang menghabiskan bujet Rp 240 juta, termahal saat itu. Filmnya bertutur seputar pengepungan rumah keluarga Kromoludiro (Maruli Sitompul).

Di rumah itu, berbagai drama yang menguras kemampuan akting setiap pemainnya berlangsung. Ada drama seputar dilema memilih menyerah pada penjajah—lantaran keselamatan keluarga terancam—atau berpegang teguh pada prinsip perjuangan. Lewat karyanya yang meraih Piala Citra film terbaik FFI tahun itu, Teguh berhasil memindahkan panggung teater ke dalam film.

Tjoet Nja’ Dhien (1987)
Butuh perjuangan sangat berat mewujudkan kisah kolosal perjuangan pahlawan dari Aceh ini. Film debut penyutradaraan Eros Djarot ini butuh waktu dua tahun buat menyelesaikannya, sambil keluar masuk hutan di Sumatra sana. Tapi, hasilnya memuaskan.

Film ini diganjar 8 Piala Citra FFI 1988, termasuk film terbaik. Pemeran utamanya, Christine Hakim menjadi legenda hidup perfilman tanah air. Setiap aktris muda pasca 1980-an pasti akan menyebut namanya sebagai panutan di dunia akting.

Sebagai Tjoet Nja’ Dhien, ia memang berakting sempurna. Kalau kamu berkesempatan nonton film ini, tengok saat bagaimana Tjoet Nja’ yang sudah nyaris buta masih menghunuskan pedang saat ditangkap Belanda. Ironisnya lagi, Tjoet Nja’ ditangkap gara-gara pengkhianatan pengikutnya yang merasa kasihan padanya.

Fatahillah (1997)
Film ini dibuat dengan total biaya mencapai Rp 3 miliar, angka fantastis di masa itu. Kalau kamu tahu, masa itu film nasional tengah lesu dan film ini diniatkan sebagai “lokomotif kebangkitan pefilman nasional”. Film ini punya pesan religi sekaligus nasionalisme.

Sebab, kisahnya diangkat dari kehidupan Fatahillah (diperankan Igo Ilham), seorang pejuang yang juga ulama. Kecewa negerinya, Kerajaan Pasai, dihancurkan Portugis, Fatahillah bergabung dengan Kesultanan Demak usai menuntut ilmu di Mekkah. Ia jadi ulama di Demak. Portugis ingin mendirikan benteng di Sunda Kelapa.

Kerajaan Demak terpanggil melawan Portugis dan mengangkat Fatahillah sebagai panglima perang. Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa dan mengganti nama daerah itu jadi Jayakarta yang kemudian menjadi Jakarta.*

Exit mobile version