Topcareer.id – Mendidik anak-anak lewat mengajar, mungkin sudah jadi pengabdian yang dipenuhi oleh rasa gembira tersendiri bagi seorang guru. Tak terkecuali mengajar anak-anak yang bandel. Hal itu seolah jadi makanan setiap hari, tapi tak lantas menyurutkan semangat.
“Ngajar itu bikin senang. Karena saya suka mengajar. Mentransfer ilmu, membuat anak jadi pintar,” kata Isti’anah, salah satu guru kelas X dan XI di SMK Negeri 8 Jakarta kepada TopCareer.id melalui pesan singkat WhatsApp.
Kesenangan tersendiri baginya ketika mengajar dan membagikan ilmu yang ia miliki kepada anak-anak didiknya. Ia bahkan berkata, dirinya merasa sangat berguna ketika sedang mengajar. Membuat anak didik yang semula tidak tahu apa-apa soal mata pelajaran, kemudian menjadi lebih paham.
Baca juga: Trik Jadi Guru yang Baik bagi Siswa Namun Tetap Profesional
Kebahagiaan anak murid ketika berhasil menyerap ilmu juga menjadi kesenangan yang tak ternilai. Rasanya seolah berhasil menjalankan tugas sebagai pendidik yang baik.
“Misal, anak yang sama sekali nggak ngerti MYOB (software akuntansi), jadi mengerti setelah diajarin. Mereka juga senang kan kami ajarin. Pokoknya enak, deh,” ucap perempuan yang akrab disapa Isti ini.
Begitu pula yang dirasakan oleh salah satu guru SMK YAPIA Pondok Aren, Murti Sulistia Ningsih. Mengajar tak pernah membuatnya merasa stres atau lelah, sekalipun menghadapi anak-anak murid yang bandel.
Baca juga: Trik Jadi Guru yang Baik bagi Siswa Namun Tetap Profesional
“Bukan ngajar yang bikin stres, ngajar itu asyik. Apalagi kalau bahan ajar sudah ada dan kami pahami,” kata Murti Sulistia Ningsih.
Perempuan yang akrab disapa Tia ini mengaku bahwa mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang membebani, meskipun anak-anak didiknya merupakan remaja tanggung dengan beragam tingkah polah.
Anak didik yang bendel atau bebal menurutnya bukanlah hal yang ditakuti dalam mengajar. Hanya saja memang butuh kesabaran yang ekstra.
“Malah kalau aku ketemu anak bandel itu seru. Enaknya, anak bandel rata-rata lebih care sama guru ketika sudah lulus, daripada anak pintar,” ucapnya. “Ngajar itu fun,” lagi-lagi tegas Tia.
Tia tak memungkiri bahwa mengajar anak yang bandel atau bebal itu kerap mengundang kekesalan. Namun, tak semata-mata jadi alasan bahwa mengajar bukan hal yang menyenangkan.
Lagipula, tambah Tia, setiap anak itu punya keunikan masing-masing dengan karakter yang berbeda. Jadi, jika kelakuan anak didik ada yang aneh-aneh, ia tak banyak ambil pusing, namun tetap diarahkan ke jalur yang positif. “Ya, kita nggak bisa memaksakan setiap anak harus bisa seperti apa yang kita mau,” ujar Tia. *
Editor: Ade Irwansyah