Topcareer.id – Pembelian masker seketika laris manis saat virus korona dari Wuhan menyebar luas bahkan sampai ke belasan negara. Bahkan, di China sendiri mengaku bahwa mereka sangat kekurangan stok masker ketika virus korona mewabah.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing pun meminta untuk dikirimkan masker untuk membantu Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) yang ada di China. BNPB pun berencana mengirim 10.000 masker N95 demi memenuhi permintaan tersebut.
Tapi yang menjadi pertanyaan, apakah penggunaan masker menawarkan perlindungan efektif terhadap virus korona?
Baca juga: Korban Tewas Virus Korona Jadi 230 Orang, WHO Nyatakan Darurat Global
Menurut para ilmuwan, virus korona diperkirakan punya ukuran yang sangat kecil sehingga mereka dapat dengan mudah melewati masker itu. Pada 2003, disebutkan dalam laman Slate, Jon Cohen menulis bahwa virus SARS, sejenis virus korona yang hanya berukuran 100 nanometer, dapat dengan mudah melewati masker.
Hal yang sama berlaku untuk flu, yang berukuran 80 hingga 120 nanometer. Sementara ukuran virus baru saat ini tidak diketahui. Virus korona manusia umumnya sekitar 125 nanometer, jadi ada alasan untuk percaya bahwa virus yang saat ini mewabah ukurannya sekitar itu.
Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa masker bedah gagal mencegah penularan mycobacterium tuberculosis yang jauh lebih besar, yang menyebabkan TB. Sementara Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyarankan bahwa orang yang memiliki SARS memakai masker ini.
Masker N-95 aman?
Mengenakan masker bedah di luar ruangan, di mana partikel yang sarat akan virus mudah menyebar, rasanya dinilai agak percuma saja. CDC tidak menyarankan petugas medis yang bekerja menangani pasien SARS untuk mengenakan masker khusus yang disebut respirator N-95. Tetapi masker ini menawarkan perlindungan terbatas dari virus korona.
Kenapa disebut N-95? “95” berarti masker yang jika dipasang dengan benar dapat menyaring partikel hingga 0,3 mikron 95 persen satu waktu. Virus korona manusia berukuran antara 0,1 dan 0,2 mikron, yang satu atau dua kali di bawah batasnya.
Sergey Grinshpun dari Universitas Cincinnati telah mempelajari respirator N-95 dan mengatakan itu semua bermuara pada efisiensi pengumpulan. N-95 yang dibuat oleh produsen yang berbeda memiliki efisiensi pengumpulan yang berbeda di bawah batas 0,3.
Baca juga: Virus Corona Mewabah, Amankah Beli Produk dari China?
Dengan kata lain, satu topeng perusahaan, jika dipasang dengan benar, dapat menyaring 92 persen dari virus korona, sementara yang lain hanya menangkap 50 persen. “Tampaknya menawarkan perlindungan yang lebih baik daripada tidak sama sekali,” kata Grinshpun.
Sementara itu, penggunaan masker N-95 ini juga dianjurkan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof. Ari Fahrial Syam bagi mereka yang memang menangani pasien virus korona.
“Kalau seumpanya untuk menangani pasien virus korona maka kita harus benar-benar menggunakan N-95 karena kemampuan untuk menscreening itu smpai 95 persen. Tapi kalau sekadar untuk (pertahanan) di luar aja, ya cukup dengan masker surgical,” kata Prof Ari kepada Topcareer.id.
Grinshpun mencatat, virus sering bergerak di atas molekul pembawa yang lebih besar – seperti gumpalan lendir, sehingga membuatnya lebih mudah untuk tersaring. Itulah sebabnya Direktur CDC Julie Gerberding minggu lalu mencatat bahwa menutupi wajah dengan T-shirt mungkin membantu jika kamu melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. *
Editor: Ade Irwansyah