Topcareer.id – Ketakutan akan wabah virus corona membuat masyarakat melakukan panic buying. Masker hingga sembako dibeli di luar kewajaran oleh warga yang ketakutan.
Panic buying merupakan jenis perilaku manusia yang ditandai dengan meningkatnya kecepatan dan volume pembelian. Umumnya panic buying terjadi karena peningkatan permintaan terhadap suatu barang.
Panic buying dalam skala besar dapat memiliki dampak dramatis yang mengarah pada perubahan pasar dalam berbagai skenario. Dari perspektif makro, panic buying mengurangi penawaran dan menciptakan permintaan yang lebih tinggi, dan mengarah ke inflasi harga yang lebih tinggi.
Baca juga: Pemerintah Imbau Masyarakat Tidak Beli Bahan Pokok Berlebihan
Mengutip Investopedia.com, Rabu (4/3/2020) Pada tingkat mikro (mis. Di pasar investasi), rasa takut ketinggalan pembelian dipicu oleh tekanan singkat yang dapat memperburuk panic buying.
Panic buying sering dihubungkan pada emosi keserakahan yang dikaitkan dengan ketakutan. Hal ini bisa terjadi akibat sejumlah peristiwa luar biasa yang memicu emosi manusia.
Ekonom mengawasi harga dan inflasi harga di berbagai barang dan jasa dalam suatu ekonomi suatu negara. Inflasi harga merupakan salah satu dari beberapa indikator ekonomi penting yang dapat memberikan gambaran tentang aktivitas ekonomi.
Secara umum, harga meningkat selama ekonomi yang tumbuh di mana konsumen secara aktif berbelanja. Namun, ketersediaan barang dan jasa juga dapat mempengaruhi inflasi harga.
Baca juga: Tiga Industri yang Tak Terpengaruh Virus Corona
Panic buying dalam suatu ekonomi dapat terjadi karena berbagai alasan, yang masing-masing dapat memiliki dampak yang berbeda pada suatu ekonomi dan dukungan kebijakan moneternya.
Tingginya volume panic buying mungkin didorong oleh permintaan akan produk baru yang sangat diminati oleh konsumen. Jenis permintaan tinggi ini dapat baik bagi perekonomian dan juga mengarah pada inflasi harga.
Dalam beberapa situasi ekonomi, panic buying bisa jadi didorong oleh pasokan yang sangat rendah yang dapat menaikkan harga. Ada kemungkinan juga panic buying terjadi untuk jangka pendek seperti permintaan tinggi terhadap barang-barang yang berhubungan dengan kondisi terkait kejadian luar biasa, seperti yang baru-baru ini terjadi tentang masuknya virus corona di Indonesia. *
Editor: Ade Irwansyah