Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Wednesday, December 4, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Alasan Toko Jam Ketagihan Memasang Angka 10:10

Ilustrasi: Unsplash

Topcareer.id – Para penggemar jam tangan sangat bersemangat tentang jam tangan. Mereka biasanya akan memperhatikan dan meneliti setiap aspek kecil dari arloji mewah.

Satu hal yang menarik untuk menjadi perhatian, kebanyakan jam selalu diatur ke pada jam 10:10 ketika dipajang di toko atau tengah tampil dalam iklan. Kira-kira kenapa, ya?

Baca juga: Masuk Kerja sebelum Jam 10 Pagi Berbahaya

Ada banyak desas-desus tentang mengapa setiap brand ternama melakukan ini.

Dikutip dari blog.crownandcaliber.com, Jumat (6/3/2020), salah satu rumor yang beredar adalah bahwa jam tangan ditempatkan pada 10:10 karena pada saat itulah Abraham Lincoln meninggal.

Namun, Lincoln sebenarnya ditembak pada jam 10:15 malam dan meninggal keesokan paginya pada jam 7:00 pagi.

Kisah lain menyatakan bahwa 10:10 dipakai untuk menghormati korban bom atom yang dijatuhkan di Jepang. Tetapi faktanya, tak ada satu pun dari bom atom dijatuhkan pada 10:10, sehingga teori itu langsung terbantahkan.

Baca juga: Tidur Kurang dari 7 Jam Bisa Sebabkan Kekurangan Vitamin?

Alasan paling realistis dan praktis mengapa tangan ditempatkan pada 10:10 adalah untuk tujuan estetika.

Ketika jarum jam tangan menunjuk angka 10:10, maka jarum jam tidak terlihat tumpang tindih dan dapat dilihat seutuhnya. Jika memiliki tanggal atau subdials, mereka kemungkinan besar terletak di angka 3, 6, atau 9. Saat jarum jam terletak pada 10:10, maka mereka tidak akan menutupi salah satu dari informasi ini.

Jarum jam tangan menunjuk 10:10 juga membingkai nama merek yang kemungkinan besar ditulis di bawah angka 12 jam. Ini juga memberikan penampilan lebih menarik secara estetika dalam sebuah iklan.

Tak hanya itu, banyak orang merasa bahwa 10:10 memberi ilusi wajah tersenyum. Meskipun alasan ini tidak semenarik rumor lainnya, tapi terlihat masuk akal.

Editor: Feby Ferdian

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply