TopCareerID

Menikmati Musik Keliling Kastem Ala Musikono

Salah satu pertujukan musik piano solo Musikono yang dibawakan Bagus Mazasupa. Foto: Istimewa

Topcareer.id – Jika biasanya menikmati pertunjukan musik di satu tempat layaknya konser, berbeda dengan Musikono. Musikono merupakan konsep musik keliling yang disertai sesi apresiasi dan pengetahuan musik di sela-sela konsernya dengan menggunakan terminology lecture recital.

Penasaran? Lebih jelasnya inisiator Musikono, Bagus Mazasupa menjelaskan bahwa Musikono ini bukanlah sebuah group musik atau band. Musikono adalah sebuah proyek pertunjukan dengan suguhan yang sedikit berbeda.

“Ini dilakukan agar tercipta ruang berbagi yang intim dan interaktif antara musisi dan penonton. Bukan sekadar bisnis pertunjukan yang berorientasi ekonomi semata, namun berharap ke depannya juga bukan hanya menjadi proyek nirlaba,” jelas inisiator Musikono Bagus Mazasupa kepada Topcareer.id, Kamis (19/3/2020).

Bagus Mazasupa (kanan) Foto: Istimewa

Bagus mengatakan bahwa Musikono pertama eksis tiga tahun lalu tepatnya tanggal 30 September 2017.

“Teknis kongkrit dari proyek ini adalah mengadakan sebuah acara pertunjukan musik dalam skala resital (solo-duet-trio), yang dilakukan di sebuah panggung/space di dalam atau di luar ruangan (indoor/outdoor).”ungkap Bagus.

Tak sampai di situ, pertunjukan ini seperti bisa di-custom dengan pilihan waktu yang sesuai dengan lokasinya, dan memberikan prioritas utama kepada penduduk desa/kampung setempat sebagai pendengar/penonton utama. Alasan itulah yang dijadikan musikono untuk memilih lokasi pertunjukkan di desa/kampung

Ide awal membentuk Musikono

Menurut penuturan Bagus, acara musik seringnya diadakan di tempat pertunjukan konvensional, lengkap dengan fasilitas memadai, dan biasanya ada di kota. Sementara, orang-orang yang rumahnya di desa dan berjarak cukup jauh belum tentu mau datang untuk sebuah pertunjukan musik yang mungkin belum mereka kenal.

Karena itulah, kata dia, muncul ide untuk sebuah kemungkinan, musisilah yang  mendatangi orang-orang di desa dan membawakan karya musiknya.

“Di banyak desa, musik non tradisi yang sering dikonsumsi masyarakat terdominasi jenis musik dangdut koplo. Hal ini sangat menggugah untuk memberi tambahan referensi (baca: gizi) lain dengan cara mendekatkan dan menyuguhkan dalam bentuk pertunjukan,” jelas dia.

“Membawakan karya-karya musik pilihan dan mengemasnya dalam bentuk yang luwes agar musik yang disajikan dapat dikonsumsi secara ikhlas tanpa paksaan, untung-untung kalau ada yang datang dengan rasa penasaran,” lanjut pria lulusan ISI Yogyakarta ini.

Menurut Bagus, mendekat pada desa dan penghuninya, membawa ke arah pilihan musik yang tidak hanya menghibur, tapi mungkin saja sanggup memberi gambaran tentang apa yang akan diperbuat ke depan.

Musikono kerap kali mengadakan pertunjukan di wilayah Yogyakarta. Pernah juga pertunjukan di Temanggung (ke-9 dan ke-15). Pernah dipreviewkan di Ponorogo dan Bukittinggi (2019), di Kulonprogo (ke-11), di Tabanan-Bali (ke-12), di Wonosari (ke-14).

“Konsep Musikono juga pernah saya presentasikan di Za-Koenji public theater, Suginami-ku Tokyo, Jepang.”ujarnya.

Exit mobile version