Topcareer.id – Setiap kali membuka aplikasi WhatsApp di handphone muncul tulisan “WhatsApp from Facebook.” Itu karena aplikasi berbagi pesan tersebut milik Facebook. Di tengah pandemi virus corona banyak hoax bertebaran. Di antaranya lewat WhatsApp.
Lantas, bisakah hoax via WhatsApp dibendung? Apa yang sudah dilakukan pihak WhatsApp dan perusahaan induknya, Facebook, memerangi mis-informasi yang bertebaran di aplikasi tersebut?
Pemerintah di berbagai negar melakukan segala upaya untuk membendung hoax di WhatsApp. Perdana Menteri Irlandia Leo Vaeadkar menghimbau warganya berhenti menyebar hoax. “Saya mminta setiap orang berhenti menyebar informasi yang belum terverifikasi ke WhatsApp Group,” katanya lewat Twitter resminya pekan lalu, seperti dikutip CNN. “Pesan-pesan itu menakutkan, membingungkan dan sungguh menyebabkan kerusakan. Tolong cari informarsi dari pejabat resmi, dan sumber terpercaya.”
CNN mengatakan informasi yang salah maupun hoax kerap di-forward lewat WhatsApp oleh teman atau kerabat. Biasanya juga menyertakan info itu datang dari dokter atau temannya teman yang bekerja di pemerintahan. Kerap juga info itu dipadukan dengan info yang benar, seperti mencuci tangan sesuai anjuran WHO namun dicampur dengan info tak benar, seperti minum air hangat setiap 15 menit mampu menetralkan virus.
Baca juga: Tanya Informasi Seputar Covid-19 Bisa ke Nomor WhatsApp Ini
Lantaran pesan WhatsApp dienkripsi yang memungkinkan hanya pengirim dan penerima pesan, pejabat kesehatan dan para pengawas penyebaran hoax kesulitan memantau penyebaran misinformasi.
“Kian jelas… banyak sekali informasi salah yang bertebaran di publik. Secara khusus kita perlu memahami risiko pengiriman pesan lewan layanan terenkripsi,” kata Wakil Presiden Komisi Eropa Vera Jourova, Selasa lalu.
Pihak WhatsApp mengatakan ttelah melakukan langkah-langkah untuk membendung penyebaran hoax. Mereka mendonasikan banyak uang pada lembaga pemeriksa fakta. Selain itu, penerima pesan juga bisa mem-fordward kebenaran suatu pesan ke akun khusus yang berfungsi sebagai penyaring informasi.
“Ada lebih dari lusinan (lembaga) pemeriksa fakta sejauh ini, dan kami ingin ada untuk mengingatkan betapa pentingnya pekerjaan mereka agar rumor bisa diidentifikasi dan dibendung,” kata Will Catchcart, kepala WhatsApp Rabu di Twitter-nya.
Apakah itu cukup?
WhatsApp, sebagaimana layanan teks SMS bukan platform media sosial. Artinya, pesan hanya tersimpan di masing-masing smartphone karena terenkripsi. Meski itu bisa dianggap sebuah keunggulan untuk melindungi keamanan pengguna, namun WhatsApp jadi buta atas pesan apapun yang dikirim dan dibagikan–dan dengan begitu sulit untuk dimoderasi isinya.
Baca juga: Begini Cara Aktifkan Dark Mode di Whatsapp Android
Di Facebook, pemeriksa fakta yang merupakan pihak ketiga bertugas mencari informasi palsu yang bertebaran di platform itu. Ketika ada info yang tak akurat, pengguna akan diingatkan dan dianjurkan ke informasi yang lebih benar.
Ada yang mengusulkan WhatsApp mengirim pesan pendahuluan pada pengirim pesan yang akan mengirim atau membagikan hoax. Pihak WhatsApp mengatakan hal kitu sulit dilakukan karena layanan mereka terenkripsi.
Kementerian kesehatan di sejumlah negara, seperti Israel, Singapura, Afrika Selatan dan Indonesia menydiakan akun WhatsApp resmi yang menyebar informasi.
Sebetulnya, cara terbaik menghentikan penyebaran hoax lewat WhatsApp yakni dimulai dari diri sendiri. Mulailah dengan jangan menyebar informasi yang tak jelas kebenarannya. Jadikan sumber resmi, dari pemerintah dan media yang terpercaya, sebagai sumber informasi.*