TopCareerID

Di KRL yang Padat, 96 Orang Berisiko Tertular Corona. Begini Hitungannya

Penumpang Commuter;ine Jabodetabek. (dok. Bisnis Online)

Topcareer.id – Senin (23/3/2020) kemarin, KRL (kereta rel listrik) Commuterline sempat memberlakukan pembatasan operasi dari jam 6.00-20.00 untuk mencegah penyebaran virus corona. Maksudnya baik, agar warga disiplin melakukan social distancing.

Namun, penumpukan penumpang justru terjadi yang malah meningkatkan risiko penularan. Kebijakan itu akhirnya dianulir Senin siang. Mulai pukul 15.00 hari yang sama, KRL beroperasi seperti semula hingga pukul 24.00.

Penumpukan penumpang terjadi lantaran masih banyak penduduk Jabodetabek yang tetap bekerja di luar rumah. Belum semua perusahaan swasta mengikuti himbauan pemerintah untuk mempersilakan karyawan bekerja dari rumah. Pekerja sektor informal yang mengandalkan upah harian juga tak bisa bekerja dari rumah seperti pekerja kantoran.

Baca juga: Pengamat: Bahaya, Coba-coba Pembatasan Transportasi Umum Saat Wabah Corona

Pengamat transportasi Deddy Herlambang mengatakan trial and error atau kebijakan coba-coba pada transportasi umum justru membahayakan di tengah virus corona yang mewabah. Pemerintah perlu melakukan kajian dan mengukur berdasarkan data sebelum membuat kebijakan, katanya.

Lantas, seperti apa datanya?

Dalam sehari, menurut hasil studi yang dilakukan JICA (2019) ada sekitar 8 juta pergerakan dari Bodetabek menuju Jakarta. Penumpang KRL Commuterline Jabodetabek bisa mencapai 900 ribu orang perhari. Dalam situasi normal terdapat 991 perjalanan KRL dengan waktu operasi pukul 04.00 hingga 24.00 WIB, melayani rute terjauh hingga Rangkasbitung, Bogor dan Cikarang, Bekasi.

Menurut SPM (standar Pelayanan Minimal) KA kepadatan penumpang diizinkan dalam area 1 meter persegi boleh terisi 6 orang. Di jam sibuk saat berangkat kerja pagi hari dan pulang kerja sore-malam hari SPM itu tentu terlanggar.

Menurut BBC yang mengutip National Health Service, kontak selama lebih dari 15 menit dan berada dalam jarak 2 meter dari orang yang terinfeksi. Tentu saja, kebanyakan penumpang KRL berada dalam gerbong kereta lebih dari 15 menit bila mereka berangkat atau pulang kerja dari Tangerang, Bogor, Rangkasbitung atau Bekasi.

Baca juga: Tips Hindari Virus Corona di Transportasi Umum

96 bisa terinfeksi corona

Deddy membuat hitung-hitungan, lantaran secara umum masyarakat menggunakan KRL lebih dari 15 menit dan apabila dalam jarak 2 meter ada salah 1 penumpang dalam 2 meter terkena virus secara matematis akan terkena 96 orang. Detil hitungannya begini, (((2 + 2) x (2 x 2)) x 6 ) = 96 orang. “Angka yang sangat mengerikan untuk pandemik virus,” kata Deddy.

Ya, bisa dibayangkan bila 96 orang itu pergi ke kantor, berinteraksi dengan rekan-rekannya, lalu usai jam kerja mereka pulang naik angkutan umum juga, dan tiba di rumah masing-masing. Risiko yang tertular jadi tak terhitung jumlahnya.

Bila demikian, adakah solusinya?

Menurut Deddy, memang tepat untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19 salah satunya adalah mengurangi perjalanan angkutan umum atau menutup angkutan umum sama sekali. Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan disebutkan karantina suatu wilayah yang luas atau pembatasan social dalam skala besar dimungkinkan.

Namun, apabila tidak ada karantina wilayah angkutan umum tidak bisa serta ditutup bahkan dibatasi karena sesuai konstitusi pemerintah wajib menyediakan angkutan umum sesuai SPM yang berlaku.

“Pemerintah akan berhasil mengurangi jumlah perjalanan apabila didukung minimal data-data peak-hour, rush-hour pengguna dan asal-tujuan (OD) pengguna angkutan umum yang masih bekerja. Tanpa data-data tersebut mustahil bisa tercipta social distancing yang nyaman,” katanya. *

Exit mobile version