Topcareer.id – Orang-orang di Asia memperketat pengeluaran belanja mereka untuk menghadapi pukulan yang disebabkan wabah corona terhadap kondisi keuangan mereka. Ini berdasar studi baru yang dilakukan terhadap 5 negara di Asia, termasuk Indonesia.
Menurut laporan McKinsey, konsumen di China, Korea Selatan, India, Jepang, dan Indonesia telah mengurangi pembelian pakaian, perawatan kulit (skincare) dan elektronik karena kekhawatiran mengenai prospek pendapatan dan tabungan saat pandemi mengguncang ekonomi di seluruh dunia.
Sementara itu, para konsumen ini tetap mengambil bagian untuk membeli beragam bahan makanan, perlengkapan rumah tangga, dan hiburan di rumah, ketika harus dikarantina di rumah mereka selama waktu yang belum ketahuan kapan wabah berakhir.
Baca juga: Kacau, Setengah dari Negara Seluruh Dunia Minta IMF untuk Bailout
Dikutip dari CNBC, penelitian ini mensurvei antara 500 dan lebih dari 1.000 orang di setiap negara, dilakukan dari 23 hingga 30 Maret, ketika tingkat virus mulai menyebar secara global. Ini didasarkan pada survei sebelumnya di China, yang dilakukan antara 21 hingga 24 Februari.
Responden di seluruh wilayah memiliki ekspektasi virus memiliki efek negatif pada keuangan rumah tangga mereka selama dua minggu pertama bulan April. Penurunan itu kemungkinan akan berlangsung setidaknya dua hingga enam bulan, mayoritas setuju.
Warga Korea Selatan termasuk di antara mereka yang paling prihatin terhadap pengaruh virus pada pendapatan mereka (hit to earning), sementara orang Indonesia takut lonjakan pengeluaran dan menipisnya tabungan. Meskipun begitu, kebanyakan orang merasa yakin ekonomi negara mereka akan bangkit kembali.
“Sekitar setengah dari responden di China, India dan Indonesia mengatakan ekonomi mereka bisa pulih dalam dua hingga tiga bulan, sementara sebagian besar sisanya mengantisipasi waktu pemulihan enam hingga 12 bulan. Kepercayaan Tiongkok dalam pemulihan cepat naik 5% dari bulan sebelumnya,” menurut laporan itu.
Yang bikin khawatir
Sementara itu, responden dari Korea Selatan dan Jepang mencatat dengan lebih hati-hati, mengantisipasi implikasi jangka panjang enam bulan atau lebih. Konsensus konsumen mencerminkan penyebaran virus secara lebih luas.
China, pusat awal wabah, telah menunjukkan tanda-tanda kasus stabil dan mulai terbuka. Namun Jepang, yang baru dalam keadaan darurat, telah melihat kasusnya meningkat selama beberapa pekan terakhir. Sementara itu, Indonesia belum melakukan lockdown nasional.
Laporan tersebut muncul ketika Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund, IMF) merilis prospek ekonomi global untuk tahun 2020. IMF memprediksi bahwa tahun ini, untuk pertama kalinya dalam 60 tahun, Asia tidak akan mencatat pertumbuhan ekonomi.
Kecuali di Jepang, kesengsaraan ekonomi tidak menempati peringkat tertinggi di antara kekhawatiran responden. Di China dan Korea Selatan, ketidakpastian mengenai durasi wabah dan lockdown berikutnya menjadi perhatian utama. Sementara di Indonesia dan India, kesehatan masyarakat dan keselamatan anggota keluarga menempati urutan teratas. *
Editor: Ade Irwansyah