Topcareer.id – Bisakah Korea Utara sebagai negeri diktator berlanjut jika pemimpinnya meninggal? Itu telah menjadi pertanyaan bagi komunitas intelijen di seluruh dunia.
Pemerintah AS memiliki rencana darurat jika diktator Korea Utara Kim Jong Un meninggal setelah menerima laporan bahwa kesehatannya dalam kondisi sangat buruk.
Rencana-rencana itu termasuk mengatasi kemungkinan krisis kemanusiaan berskala besar di dalam negara diktator tersebut seperti kelaparan.
Seorang pejabat menggambarkan sebuah skenario di Korea Utara yang dapat mencakup jutaan orang yang menghadapi kelaparan dan eksodus massal pengungsi Korea Utara ke China.
Baca juga: Kisah Presiden Brasil Pecat Menteri Kesehatan di Tengah Wabah Corona
Sumber-sumber intelijen mengatakan kepada Fox bahwa bagian dari rencana itu adalah bergantung pada negara tetangga China untuk turun tangan dan membantu mengelola situasi di Korea Utara karena tantangan logistik yang akan dihadapi AS dalam memberikan bantuan kemanusiaan.
Daily NK, sebuah berita online online yang berbasis di Seoul, yang sebagian besar dijalankan oleh para pembelot Korea Utara, melaporkan bahwa Kim, 36, sedang memulihkan dari operasi yang berlangsung 12 April lalu, Kim berada di sebuah villa negara resor di pantai timur. Ia dirumorkan meninggal dunia.
CNN juga melaporkan kesehatannya yang buruk, mengatakan Kim dalam kondisi kesehatan yang buruk karena perokok berat, obesitas dan terlalu banyak bekerja.
Tetapi kantor berita Korea Selatan Yonhap mengatakan, pemerintah Korea Selatan tidak melihat tanda-tanda yang menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sakit.
“Tidak ada tanda-tanda yang tidak biasa telah diidentifikasi di dalam Korea Utara,” kata Kang. “Tidak ada yang bisa kami konfirmasikan sehubungan dengan dugaan masalah kesehatan Ketua Kim.”
Seorang pejabat senior kepresidenan menyampaikan Kim tinggal di wilayah provinsi bersama dengan para pembantu dekatnya. Tidak ada tanda-tanda yang tidak biasa yang dapat mendukung dugaan masalah kesehatan Kim. “Partai Pekerja Korea Utara, militer, kabinet tidak menunjukkan gerakan khusus, seperti peringatan darurat.” Kata pejabat itu.
Spekulasi tentang Kim Jong Un sakit muncul sejak dia tidak hadir pada kunjungan tahunan ke Istana Matahari Kumsusan untuk ulang tahun ke-108 almarhum kakeknya.
Siapa penggantinya?
Pembicaraan antara Presiden Trump dan Kim mengenai program nuklir Korea Utara telah terhenti sejak keduanya bertemu pada Juni 2019 di DMZ yang memisahkan kedua Korea.
Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat Robert O’Brien mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa pemerintah sedang “mengawasi laporan dengan cermat.”
“Kami memantau laporan ini dengan sangat cermat dan seperti yang Anda tahu, Korea Utara adalah masyarakat yang sangat tertutup, tidak ada pers yang bebas di sana, mereka sangat keliru dengan informasi yang mereka berikan pada banyak hal, termasuk kesehatan Kim Jong Un,” kata O’Brien. Dia juga menambahkan bahwa komunitas intelijen AS dan Departemen Pertahanan sedang mengawasi situasi.
Tidak jelas apa yang akan terjadi jika Kim Jong Un absen karena masalah kesehatan atau meninggal. Sementara Korea Utara belum menjelaskan siapa yang berpotensi menggantikan Kim, beberapa ahli meyakini saudara perempuannya, Kim Yo Jong, akan bertindak sebagai pemimpin yang menggantikan Kim.
Sumber lain mengatakan kepada bahwa Korea Utara dapat diperintah oleh kepemimpinan kolektif elit partai, mirip dengan Uni Soviet setelah pemerintahan Joseph Stalin. *
Editor: Ade Irwansyah