Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 19, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Kisah Presiden Brasil Pecat Menteri Kesehatan di Tengah Wabah Corona

Presiden Brasil Jair Bolsonaro dan Menteri Kesehatan Luiz Henrique Mandetta. (dok. AFP)

Topcareer.id – Pandemi corona di Brasil menjadi ajang debat publik antara presiden dan menteri kesehatannya. “Warga Brasil bingung mereka harus mendengarkan menteri kesehatan atau Presiden mereka,” kata Menteri Kesehatan Luiz Henrique Mandetta.

Mandetta berulang kali menganjurkan pendekatan berbasis sains yang mencakup langkah-langkah social distancing dan karantina dan melakukan lockdown sebagian besar wilayah Brasil.

Langkah ini tidak sesuai dengan Presiden Jair Bolsonaro. Pada hari yang sama Mandetta mengatakan bahwa bahwa puncak virus corona akan melanda pada Mei dan Juni, namun Bolsonaro justru mengatakan kepada para pemimpin agama, “Sepertinya masalah virus ini mulai hilang.”

Baca juga: Spanyol Kendurkan Lockdown, 300 Ribu Pekerja Kembali Beraktivitas

Presiden Bolsonaro telah berusaha keras untuk melakukan kunjungan yang dipublikasikan ke supermarket dan toko roti, berjabat tangan dan mengambil foto narsis tanpa sarung tangan atau masker wajah.

“Karena sejarah saya sebagai seorang atlet, jika saya terinfeksi oleh virus, saya tidak perlu khawatir,” kata Bolsonaro yang berusia 65 tahun dalam pidato yang disiarkan secara nasional akhir bulan lalu. Dia telah berulang kali menyebut Covid-19 sebagai “flu ringan”.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Mandetta menjadi perwakilan suara publik yang paling menonjol untuk menentang cara presiden tangani wabah. Dalam survei terbaru, 76 persen responden menyetujui penanganan krisis oleh menteri kesehatan, dibandingkan dengan 39 persen untuk Bolsonaro.

Akibatnya, Mandetta dipecat karena Bolsaro merasa kesal harus berbagi pandangan dengan seorang bawahan yang secara terbuka tidak setuju dengan pernyataannya dan telah berulang kali mengancam akan menyingkirkan menteri dari perannya. Pada hari Kamis (16/4) Mandetta pun dicopot dari jabatannya.

Menteri kesehatan pengganti

Presiden Bolsonaro telah berulang kali berupaya melemahkan upaya karantina. Dia mencoba untuk membatalkan sebagian dari perintah karantina berbagai gubernur, tetapi diblokir oleh hakim federal.

Pada 24 Maret lalu, Bolsonaro memberikan pidato yang disiarkan nasional di televisi yang mengatakan bahwa social distancing merupakan taktik “bumi hangus”.

Ia juga mengatakan chloroquine sebagai pengobatan yang menjanjikan mengatasi wabah corona. Ia juga menyalahkan pers karena menciptakan “histeria” dan tetap bersikeras bahwa seluruh kegiatan di Brasil “harus kembali normal.”

Baca juga: Pandemi Bikin Banyak Negara Sulit Bayar Utang

“Apa yang gubernur dan beberapa walikota lakukan di Brasil untuk lockdown adalah kejahatan. Mereka merusak Brasil, mereka menghancurkan pekerjaan,” kata Bolsonaro.

Bruno Sousa dari Intercept menulis tentang dampak alamat tersebut terhadap lingkungan kelas pekerja di Rio de Janeiro keesokan paginya. Ia menggambarkan beberapa orang mulai menjalani kehidupan mereka seperti biasa setelah pidato Presiden disiarkan. Banyak bisnis yang tidak penting dan toko-toko mulai dibuka kembali.

Protes kecil di jalanan oleh para pendukung Bolsonaro yang menentang lockdown sempat terjadi di beberapa kota dan dalam beberapa kasus telah ditutup oleh polisi negara dan pengadilan.

Tidak jelas bahwa menteri kesehatan baru Bolsonaro akan lebih baik. Pada hari Kamis (16/4) sore , Bolsonaro menggantikan Mandetta dengan Nelson Teich, seorang ahli onkologi dan kesehatan yang tampaknya juga tidak berbagi visi presiden tentang cara menangani krisis.

Namun Teich tahu bahwa jalan menuju hati Bolsonaro adalah sanjungan, dan menteri kesehatan sebelumnya tak cukup paham dalam hal ini.

Hingga Senin (20/4) kasus virus corona di Brasil telah mencapai 38.654 kasus dengan angka kematian sebanyak 2.462 jiwa serta yang sembuh sebanyak 14.026 orang. *

Editor: Ade Irwansyah

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply